Karawang – Di tengah lalu lintas ramai di jembatan penghubung Karawang-Bekasi, sosok Iis Susilawati menjadi pemandangan tak biasa. Dengan sapu lidi dan serok sampah, perempuan 54 tahun ini tekun menjaga kebersihan jembatan Citarum, meski upah yang ia terima hanya Rp 10 ribu per hari.

4 Tahun Mengabdi

Iis telah menjalani pekerjaan ini sejak jembatan sepanjang 1,2 kilometer itu diresmikan empat tahun lalu. Dulunya, ia memiliki rekan kerja, namun sejak dua tahun terakhir, ia bekerja sendirian setelah rekannya meninggal dunia.

Baca juga : PMK Serang 42 Sapi di Karawang, 5 Mati, DKP Lakukan Vaksinasi

“Dulu ada yang nemenin emak, tapi sekarang sendirian. Kadang-kadang suami suka bantuin,” ujar Iis pada Kamis (9/1).

Risiko Tinggi Demi Kebersihan

Pekerjaan menyapu jembatan ini tak hanya soal membersihkan sampah. Iis sering bertaruh nyawa ketika memungut sampah yang menumpuk di besi penahan jembatan atau membawanya ke TPS sejauh 100 meter seorang diri.

“Kalau sampai jatuh, ya wassalam,” tuturnya sambil tertawa kecil.

Upah Minim dari Iuran Pedagang

Upah Iis berasal dari iuran pedagang di sekitar jembatan yang dikelola Karang Taruna. Saat ini, ia menerima Rp 70 ribu per minggu, naik dari sebelumnya Rp 50 ribu. Meski tak mencukupi kebutuhan sehari-hari, ia bersyukur bisa mendapat tambahan penghasilan dari berdagang bersama suaminya.

“Selama kita ikhlas dan eling sama nikmat Gusti Allah, alhamdulillah cukup buat sehari-hari,” katanya.

Tegas kepada Warga yang Buang Sampah Sembarangan

Iis merasa bertanggung jawab menjaga kebersihan jembatan. Ia kerap menegur warga yang membuang sampah sembarangan ke Sungai Citarum.

“Sering emak negur kalau ada yang buang sampah sembarangan. Rusak nanti sungai, kasihan yang di laut kena banjir,” tandasnya.

Namun, ia mengaku akhir-akhir ini perilaku warga mulai membaik, terutama setelah adanya penemuan limbah medis yang sempat ramai diberitakan.

“Sekarang mendingan, katanya mau ada CCTV biar yang buang sampah sembarangan malu,” tutup Iis penuh harap.(*)