Seni adalah ekspresi diri yang dapat membuka mata kita terhadap dunia yang lebih luas. Bagi Bang Jack, seorang pelukis asal Karawang, seni bukan hanya soal lukisan atau bentuk visual semata, tetapi tentang kebebasan dalam berkreasi dan berbagi pesan. Melalui perjalanan kariernya yang penuh tantangan, Bang Jack telah menunjukkan bahwa seni harus inklusif, bebas dari batasan, dan bisa diakses oleh siapa saja, tidak terkecuali mereka yang baru memulai.

Seni sebagai Sarana Ekspresi Tanpa Batas

Sebagai seorang pelukis yang lebih condong pada aliran ekspresionisme, Bang Jack percaya bahwa seni harus dapat berbicara bebas, tanpa terikat oleh aturan yang kaku. Ini yang membedakan ekspresionisme dengan aliran lain seperti realisme, yang lebih mengutamakan kesamaan bentuk dengan kenyataan. Dalam wawancara, ia menyebutkan bahwa dirinya lebih nyaman dengan kebebasan yang ditawarkan ekspresionisme, di mana emosi dan ide bisa dituangkan tanpa batasan. Ini mengingatkan kita bahwa seni adalah ruang untuk bereksperimen dan menyuarakan hal-hal yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Baca juga : Menjaga Identitas Kebangsaan dalam Keberagaman

Peran Saung Kreasi JHB dalam Membangun Komunitas Seni

Bang Jack tidak hanya berfokus pada karyanya sendiri, tetapi juga berupaya menginspirasi generasi baru melalui Saung Kreasi JHB, sebuah tempat yang ia dirikan untuk menghilangkan senioritas dalam dunia seni. Saung Kreasi JHB menawarkan ruang bagi siapa saja untuk belajar, berdiskusi, dan berkembang tanpa adanya tekanan untuk mengikuti hierarki yang ketat. Dengan misi untuk membangun atmosfer seni di Karawang, Bang Jack menunjukkan bahwa seni adalah untuk semua orang, dari yang pemula hingga yang profesional. Keberadaan Saung Kreasi JHB menjadi bukti bahwa seni dapat berkembang ketika ada ruang untuk berkolaborasi dan berbagi ide.

Mengatasi Tantangan dan Melihat Peluang

Seperti halnya setiap seniman, Bang Jack juga menghadapi tantangan, mulai dari rasa jenuh hingga kesulitan finansial. Namun, ia menunjukkan bahwa dalam berkesenian, ketekunan dan kreativitas adalah kunci untuk bertahan. Ketika tidak ada dana untuk membeli cat, ia mencari cara lain untuk menghasilkan uang, seperti membuat mebel dari kayu. Ini menjadi pelajaran bahwa sebagai seniman, kita tidak hanya harus mengandalkan satu sumber penghasilan, tetapi harus kreatif dalam menghadapi tantangan hidup.

Harapan untuk Generasi Muda

Pesan yang dapat kita ambil dari perjalanan Bang Jack adalah untuk tidak takut mencoba dan berani bereksperimen. Seni adalah perjalanan yang tidak selalu mulus, namun konsistensi dan keberanian untuk terus berkarya akan membuahkan hasil. Melalui Saung Kreasi JHB, Bang Jack berharap generasi muda di Karawang dan sekitarnya dapat melihat seni bukan sebagai hal yang sulit diakses, tetapi sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan dan pandangan mereka.

Seni Sebagai Sarana Menghargai Proses Kreatif

Sebagai masyarakat, kita juga perlu lebih menghargai seni, khususnya seni lukis, dengan cara memahami proses kreatif di baliknya. Setiap karya seni adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi seorang seniman. Oleh karena itu, membeli karya seni dengan harga yang pantas dan mengapresiasi pameran seni adalah cara kita untuk mendukung keberlangsungan seni di Indonesia.

Kesimpulan: Seni untuk Semua Orang

Bang Jack telah menunjukkan kepada kita bahwa seni bukan hanya untuk kalangan tertentu, tetapi untuk semua orang. Melalui Saung Kreasi JHB dan karya-karyanya yang menginspirasi, ia mengajarkan kita bahwa seni adalah jalan untuk bebas berekspresi, berkolaborasi, dan memperjuangkan pesan-pesan penting dalam hidup. Semoga kisahnya bisa menginspirasi lebih banyak orang, khususnya generasi muda, untuk terus berkarya dan menjaga semangat seni tetap hidup di tengah-tengah kita.(*)

Indonesia, dengan segala keberagamannya, merupakan negara yang memiliki potensi luar biasa. Dari ribuan pulau, beragam suku, bahasa, hingga agama yang dianut oleh penduduknya, Indonesia adalah rumah bagi banyak perbedaan. Namun, di balik semua perbedaan itu, ada satu kesamaan yang mengikat seluruh bangsa ini: identitas kebangsaan Indonesia yang harus dijaga dan dipelihara. Salah satu ungkapan yang menggambarkan semangat kebangsaan ini adalah, “Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India, kalau jadi Islam jangan jadi orang Arab, kalau jadi Kristen jangan jadi orang Yahudi, tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya nusantara yang kaya raya ini.”

Walaupun ungkapan ini sering dikaitkan dengan Soekarno, sang proklamator Indonesia, esensinya sangat relevan dengan semangat perjuangan beliau untuk membangun bangsa yang berdaulat dan bersatu. Apa makna sesungguhnya dari pernyataan ini? Dan bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia dapat menghidupkan pesan tersebut dalam kehidupan sehari-hari?

Baca juga : Kepemudaan Gus Dur dan Peranannya dalam Perubahan Sosial

Menghargai Keberagaman Tanpa Melupakan Identitas

Keberagaman adalah kekuatan Indonesia. Negara ini terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya, yang masing-masing memiliki nilai-nilai dan tradisi yang berbeda. Soekarno, sebagai pemimpin yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, selalu menekankan pentingnya persatuan di tengah keragaman ini.

Namun, dalam pesannya tersebut, Soekarno mengingatkan agar kita tidak terjebak dalam identitas etnis atau agama tertentu yang hanya mengarah pada asal-usul luar negeri. Misalnya, jika kita menganut agama Hindu, kita tidak harus menjadi “orang India,” melainkan kita harus tetap menjadi orang Indonesia yang hidup dengan kebudayaan Nusantara yang telah ada sejak zaman dahulu. Begitu pula dengan agama Islam atau Kristen, kita diminta untuk tidak mengidentifikasi diri kita semata-mata dengan bangsa Arab atau Yahudi, tetapi dengan identitas sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang kaya dan beragam.

Indonesia dan Adat Budaya Nusantara

Pesan yang terkandung dalam ungkapan tersebut juga mengingatkan kita untuk selalu menghargai dan menjaga kebudayaan Nusantara. Kebudayaan Indonesia adalah harta yang sangat berharga, yang terdiri dari berbagai tradisi, bahasa, seni, makanan, dan upacara yang ada di seluruh pelosok negeri. Dari sabang hingga merauke, dari Aceh hingga Papua, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tidak dapat ditemukan di negara lain.

Baca juga : Pemuda Menurut Ir. Sukarno – Kekuatan yang Mendorong Perubahan

Soekarno menyadari betul bahwa Indonesia bukan hanya negara yang dibentuk oleh agama dan etnis, tetapi juga oleh warisan budaya yang telah ada sejak ribuan tahun. Oleh karena itu, meskipun kita mengadopsi agama tertentu, kita tetap harus mengikatkan diri pada kebudayaan Indonesia, sebagai pengikat persatuan bangsa. Soekarno ingin agar bangsa Indonesia tidak terpecah karena perbedaan agama atau etnis, melainkan mampu bersatu dalam kebudayaan yang mencerminkan semangat kebangsaan.

Baca juga : Kepemudaan Gus Dur dan Peranannya dalam Perubahan Sosial

Persatuan dalam Keragaman

Dalam konteks Indonesia, persatuan dalam keragaman adalah hal yang sangat penting. Indonesia mungkin menjadi negara dengan keberagaman agama dan budaya terbesar di dunia, tetapi justru dari sinilah kekuatan kita berasal. Soekarno selalu mengingatkan bahwa meskipun kita berbeda, kita harus tetap satu dalam semangat kebangsaan.

Prinsip “Bhinneka Tunggal Ika,” yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu,” merupakan landasan dari kehidupan berbangsa dan bernegara yang dicanangkan Soekarno. Semua elemen bangsa Indonesia harus bersatu untuk membangun negara ini, tanpa memandang agama, suku, atau ras. Dengan menghargai dan merayakan keragaman yang ada, Indonesia dapat menjadi negara yang kuat dan maju.

Menjadi Bangsa yang Bersatu

Apa yang dapat kita pelajari dari ungkapan Soekarno ini? Sebagai generasi penerus bangsa, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat persatuan Indonesia. Setiap individu, terlepas dari latar belakang agama atau suku, harus merasa bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Kita harus menghargai dan melestarikan kebudayaan Nusantara yang merupakan warisan dari nenek moyang kita.

Bukan hanya soal agama atau etnis, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari kita harus memperlihatkan rasa hormat terhadap sesama, memperkuat persatuan, dan bekerja bersama untuk kemajuan bangsa. Menghargai perbedaan, namun tetap berpegang teguh pada identitas kita sebagai orang Indonesia adalah kunci untuk membangun negara yang lebih baik.

Kesimpulan

Soekarno, dalam semangat perjuangannya, menegaskan bahwa meskipun kita memeluk agama yang berbeda dan berasal dari suku yang berbeda, kita tetap harus menjadi orang Indonesia. Identitas kebangsaan Indonesia harus lebih besar dari sekadar agama atau etnis. Kebudayaan Nusantara yang kaya raya adalah pondasi yang menyatukan kita. Dengan menjaga dan merawat kebudayaan ini, kita turut menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta mewujudkan Indonesia yang maju, damai, dan sejahtera.

Pergantian tahun selalu menjadi momen spesial bagi banyak orang. Tahun Baru 2025 kali ini terasa lebih istimewa karena bertepatan dengan 1 Rajab 1446 Hijriah, bulan mulia dalam kalender Islam. Peristiwa ini memberikan ruang untuk merenung dan merayakan, tidak hanya secara duniawi, tetapi juga spiritual.

Makna 1 Rajab: Menghormati Bulan Mulia

Rajab dikenal sebagai salah satu dari empat bulan haram dalam Islam, di mana umat Muslim diajak untuk memperbanyak amal kebaikan, meninggalkan hal-hal buruk, dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT. Bulan ini adalah pengingat untuk menjauhkan diri dari kebiasaan buruk dan memperbanyak ibadah, seperti puasa sunnah, zikir, dan sedekah.

Bersamaan dengan itu, malam tahun baru sering kali dirayakan dengan pesta meriah yang kadang berlebihan. Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi umat Muslim untuk menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat.

Perayaan Tahun Baru yang Bermakna

Perayaan tahun baru 2025 yang bersamaan dengan 1 Rajab seharusnya menjadi momen introspeksi, bukan hanya sekadar selebrasi. Generasi muda, khususnya, diingatkan untuk memanfaatkan momen ini dengan kegiatan positif. Pergantian tahun dapat menjadi ajang:

  1. Refleksi Resolusi: Mengevaluasi apa yang sudah dicapai dan merencanakan langkah lebih baik di tahun mendatang.
  2. Spirit Kebersamaan: Mengadakan doa bersama atau diskusi reflektif untuk mempererat hubungan keluarga dan komunitas.
  3. Peningkatan Ibadah: Memulai tahun dengan memperbanyak ibadah di bulan Rajab sebagai persiapan menyambut Ramadhan.

Peran Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah juga diharapkan mengambil peran strategis dalam mengelola perayaan ini. Dengan memadukan kegiatan budaya dan keagamaan, perayaan tahun baru bisa menjadi lebih bermakna. Pengajian akbar, zikir bersama, atau festival seni Islami dapat menjadi alternatif menarik untuk menggantikan pesta yang berlebihan.

Baca juga : Sekda Karawang: ASN Bagian Solusi Pembangunan

Masyarakat pun harus mendukung suasana kondusif dengan tidak melibatkan diri dalam aktivitas yang melanggar norma sosial atau agama, seperti konvoi liar atau pesta yang tidak terkendali.

Harmoni Dunia dan Akhirat

Ketika tahun baru 2025 bertemu dengan 1 Rajab 1446 Hijriah, ini adalah pengingat bahwa kita hidup dalam dua dimensi waktu: duniawi dan ukhrawi. Keduanya harus berjalan seimbang, dengan visi hidup yang tidak hanya mengejar kesuksesan di dunia, tetapi juga keselamatan di akhirat.

Mari manfaatkan momen ini untuk memulai tahun baru dengan niat yang baik, langkah yang terencana, dan hati yang penuh rasa syukur kepada Allah SWT. Selamat Tahun Baru 2025 dan 1 Rajab 1446.(*)

Karawang – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan kunjungan ke destinasi wisata religi Makam Syech Quro di Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang, pada Jumat, 17 Juni 2022. Kunjungan ini bertujuan untuk meneliti potensi pengembangan Smart Village dan pemberdayaan masyarakat melalui sektor wisata religi.

Rombongan BRIN disambut hangat oleh Sekretaris Desa Pulokalapa, Kang Anom, di aula desa. Dalam acara tersebut, hadir jajaran aparat desa, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), pendamping lokal desa, dan kader digital Smart Village. Sekdes Anom menyampaikan bahwa Desa Pulokalapa memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata religi yang dapat diberdayakan lebih lanjut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Baca juga : Napak Tilas Sejarah Karawang, Sendratari Napak Rawayan Sang Wali Segera Digelar

Adelia, perwakilan BRIN, menjelaskan bahwa riset ini bertujuan untuk memahami dampak sosial dan ekonomi dari wisata religi terhadap kehidupan masyarakat setempat. Makam Syech Quro menjadi daya tarik utama desa ini, dengan ribuan pengunjung setiap malam Sabtu dan Sabtu Kliwon. Menurut Adelia, wisata religi ini telah membawa dampak positif pada perekonomian lokal. Banyak warga desa yang sebelumnya bekerja sebagai buruh tani kini beralih profesi menjadi pedagang di sekitar area makam. Selain itu, pengelolaan parkir yang dilakukan oleh Karang Taruna turut menyumbang pada Pendapatan Asli Desa (PAD) yang dikelola oleh BUMDesa Pulokalapa.

Dalam kesempatan tersebut, Harry Priatna, Duta Digital Kemendesa, dan Elam Jajang, kader digital Desa Pulokalapa, menegaskan pentingnya digitalisasi dalam mempromosikan potensi wisata religi. Promosi melalui media sosial dianggap sebagai strategi efektif untuk meningkatkan visibilitas Makam Syech Quro agar dikenal lebih luas oleh masyarakat Indonesia. Dengan pemanfaatan teknologi digital, Desa Pulokalapa diharapkan dapat berkembang menjadi salah satu model Smart Village yang maju.

Setelah berdiskusi, rombongan BRIN diajak untuk melihat langsung Makam Syech Quro, yang berlokasi tidak jauh dari kantor desa. Makam ini telah menjadi pusat kegiatan religi dan ekonomi masyarakat setempat, menunjukkan bahwa wisata religi dapat menjadi salah satu pilar pembangunan desa berbasis masyarakat.

Kata kunci terkait: wisata religi Makam Syech Quro, Desa Pulokalapa, Smart Village, BRIN Karawang, wisata religi Karawang, pemberdayaan masyarakat desa./sp

Gus Dur – Abdurrahman Wahid, bukan hanya dikenang sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia, tetapi juga sebagai seorang pemimpin yang memperjuangkan hak asasi manusia, pluralisme, dan demokrasi. Pemikiran-pemikirannya yang terbuka, inklusif, dan berorientasi pada keadilan sosial menjadikannya sebagai salah satu tokoh paling dihormati dalam sejarah Indonesia. Namun, yang tidak kalah penting adalah peran Gus Dur dalam memperkuat posisi pemuda sebagai agen perubahan dalam masyarakat.

Pemuda sebagai Kekuatan Sosial dan Politik

Gus Dur meyakini bahwa pemuda memiliki peran sentral dalam perubahan sosial dan politik. Bagi beliau, pemuda adalah motor penggerak utama kemajuan bangsa. Dalam pandangannya, masa muda bukan hanya sekedar waktu untuk mengejar ambisi pribadi, tetapi lebih kepada waktu untuk menggali potensi sosial dan intelektual yang bermanfaat bagi masyarakat. Pemuda dihadapkan pada tantangan untuk berpikir kritis, aktif dalam gerakan sosial, dan berani memperjuangkan keadilan sosial.

Baca juga : Menghafal Tidak Menambah Kecerdasan, Justru Membuat Kita Seperti Mesin

Pemuda dalam Era Reformasi: Gus Dur dan Gerakan Perubahan

Pada era reformasi, ketika bangsa Indonesia sedang bergulat untuk menumbangkan rezim Orde Baru, Gus Dur memainkan peran yang sangat penting. Sebagai salah satu tokoh yang mendukung gerakan mahasiswa, Gus Dur memahami bahwa perubahan sejati datang dari kerjasama antara rakyat, terutama pemuda, dengan elemen-elemen progresif dalam masyarakat. Reformasi 1998 yang dipelopori oleh mahasiswa dan didukung oleh berbagai pihak membuka jalan bagi demokratisasi dan kebebasan sipil yang lebih luas.

Namun, keberhasilan reformasi bukanlah akhir dari perjuangan pemuda Indonesia. Gus Dur, meski telah mencapai posisi tertinggi di negara ini, tetap mengingatkan kita tentang pentingnya peran pemuda dalam menjaga dan mengembangkan demokrasi. Dalam banyak pidatonya, beliau selalu menekankan bahwa pemuda harus tetap terlibat aktif dalam proses politik, sosial, dan budaya, bukan hanya menjadi penonton dalam perubahan, tetapi juga sebagai pelaku aktif yang mendorong kemajuan.

Pentingnya Pendidikan dan Pembentukan Karakter Pemuda

Gus Dur tidak hanya berbicara soal politik, tetapi juga tentang pentingnya pendidikan dalam mencetak pemuda yang berkarakter. Beliau menekankan bahwa pendidikan adalah kunci untuk membentuk pemuda yang cerdas, berjiwa besar, dan memiliki kepedulian terhadap sesama. Gus Dur sangat menginginkan pemuda Indonesia untuk memiliki pemikiran yang terbuka, sehingga mereka tidak hanya terjebak dalam pola pikir sempit yang menghalangi kemajuan sosial dan kebhinekaan.

Pluralisme dan Toleransi sebagai Nilai Utama

Salah satu nilai yang selalu Gus Dur perjuangkan adalah pluralisme—pengakuan dan penghargaan terhadap keberagaman. Sebagai seorang tokoh yang sangat memperhatikan hubungan antarumat beragama, Gus Dur mengajak pemuda untuk memahami pentingnya toleransi dan saling menghormati. Di tengah keragaman Indonesia, pemuda tidak hanya dituntut untuk berjuang demi kepentingan individu, tetapi juga untuk menjaga persatuan dan keharmonisan di tengah perbedaan.

Kepemudaan Gus Dur di Era Kini

Pandangan Gus Dur tentang pemuda sangat relevan dengan kondisi kita saat ini. Pemuda dihadapkan pada tantangan globalisasi, kemajuan teknologi, dan perubahan sosial yang cepat. Namun, semangat dan pesan Gus Dur bahwa pemuda adalah agen perubahan yang harus terus berjuang untuk keadilan sosial tetap tidak berubah. Pemuda Indonesia diharapkan untuk tidak hanya fokus pada pencapaian individu, tetapi juga memiliki rasa tanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan negara.

Dalam konteks ini, Gus Dur mengajarkan kita bahwa perubahan besar dimulai dari pemuda yang berpikir besar dan bertindak untuk kebaikan bersama. Pemuda harus berani bermimpi besar, berinovasi, dan memperjuangkan prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan sosial yang dapat membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik.

Kesimpulan

Pemuda Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk membawa perubahan. Gus Dur, dengan segala pemikiran dan perjuangannya, mengingatkan kita bahwa peran pemuda tidak bisa dipandang sebelah mata. Pemuda adalah kekuatan utama yang dapat mendorong negara ini menuju masa depan yang lebih baik, lebih demokratis, dan lebih inklusif. Tugas kita sebagai generasi muda adalah untuk melanjutkan warisan perjuangan Gus Dur dengan semangat perubahan, toleransi, dan keadilan sosial demi kemajuan bangsa Indonesia.(*)

Ir. Sukarno – Sebagai pendiri dan Presiden pertama Republik Indonesia, memiliki pandangan yang tajam mengenai peran pemuda dalam kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Menurut Sukarno, pemuda bukan sekadar kelompok usia, melainkan kekuatan yang dapat merubah nasib bangsa. Dalam banyak pidatonya, Sukarno menekankan bahwa pemuda adalah agen perubahan, kekuatan yang membawa semangat revolusi dan pembaharuan.

Dalam konteks kemerdekaan Indonesia, Sukarno melihat pemuda sebagai motor penggerak revolusi yang tidak kenal takut dan penuh idealisme. Tanpa semangat juang pemuda, mungkin perjuangan kemerdekaan akan memakan waktu lebih lama. Pemuda, bagi Sukarno, adalah jiwa bangsa yang berani melawan penjajahan dengan cita-cita besar untuk menciptakan Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Ini menunjukkan betapa besar harapan Sukarno terhadap kekuatan dan potensi pemuda dalam menghadapi tantangan besar, bahkan melawan kekuatan asing yang jauh lebih kuat.

Baca juga : Kepemudaan Gus Dur dan Peranannya dalam Perubahan Sosial

Namun, pandangan Sukarno tentang pemuda tidak berhenti di tahap perjuangan kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka, peran pemuda menjadi semakin penting dalam melanjutkan perjuangan pembangunan bangsa. Sukarno mengingatkan bahwa kemerdekaan sejati tidak hanya soal bebas dari penjajahan, tetapi juga tentang membangun negara yang adil dan makmur bagi seluruh rakyat. Dalam konteks ini, pemuda harus menjadi penyambung estafet perjuangan yang melanjutkan karya besar para pendiri bangsa dengan mewujudkan cita-cita bangsa melalui pendidikan, kreativitas, dan kerja keras.

Yang menarik dari pandangan Sukarno adalah penekanan pada pentingnya pendidikan dan pembentukan karakter. Pemuda yang terdidik dengan baik tidak hanya memiliki keterampilan praktis, tetapi juga mampu berpikir kritis dan inovatif dalam menghadapi tantangan zaman. Sukarno sangat yakin bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencetak pemuda yang dapat menjadi pemimpin masa depan, pemimpin yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki semangat nasionalisme yang tinggi, berpikir besar, dan berjuang tanpa henti.

Namun, apa yang perlu kita renungkan adalah relevansi pandangan Sukarno terhadap pemuda di era sekarang. Dalam dunia yang semakin global dan penuh tantangan, apakah kita masih melihat pemuda sebagai agen perubahan yang sesungguhnya? Ataukah kita hanya terjebak pada rutinitas dan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi dan gaya hidup modern?

Saat ini, pemuda Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan yang berbeda dengan zaman Sukarno, seperti ketidakpastian ekonomi, dampak perubahan iklim, hingga persaingan global yang semakin ketat. Namun, semangat revolusi dan pembaharuan yang ditanamkan oleh Sukarno tetap relevan. Pemuda harus mampu mengubah tantangan tersebut menjadi kesempatan untuk berinovasi dan berkreasi. Kita butuh pemuda yang berani bertindak, yang tidak hanya puas dengan status quo, tetapi juga yang berani mengkritisi dan memperbaiki sistem yang ada.

Selain itu, kita juga perlu mengingatkan kembali pentingnya persatuan dan kesatuan, pesan yang sering disampaikan Sukarno. Di tengah keberagaman Indonesia, pemuda harus menjadi pemersatu yang mampu menjaga keharmonisan antar berbagai kelompok masyarakat, tanpa mengedepankan perbedaan yang memecah belah. Pemuda harus mengingat bahwa semangat nasionalisme dan rasa cinta tanah air lebih penting daripada perbedaan politik atau sosial.

Kesimpulan:

Pandangan Ir. Sukarno mengenai pemuda sebagai kekuatan revolusioner dan agen perubahan masih sangat relevan hingga saat ini. Pemuda Indonesia harus terus menggali potensi mereka, berjuang untuk mencapai cita-cita bersama, dan menjadi penyambung estafet perjuangan bangsa. Pendidikan, kreativitas, semangat juang, dan persatuan adalah kunci untuk mewujudkan Indonesia yang lebih maju dan berkeadilan. Pemuda, seperti yang dicita-citakan Sukarno, adalah pilar utama bangsa ini—sebuah kekuatan yang harus terus diperkuat dan dimaksimalkan untuk masa depan yang lebih baik.(*)

Tan Malaka – Seorang tokoh revolusioner dan intelektual Indonesia, pernah menyatakan bahwa kebiasaan menghafal dalam pendidikan tidak menambah kecerdasan, malah menjadikan orang seperti mesin yang mekanis dan bodoh. Meskipun pernyataan ini muncul dalam konteks kritik terhadap sistem pendidikan kolonial, namun relevansinya tetap kuat hingga hari ini, terutama dalam mengkritisi pendekatan pendidikan yang terlalu mengutamakan hafalan.

Menghafal memang bisa menjadi bagian penting dari proses belajar. Kita membutuhkan dasar pengetahuan yang dapat diingat untuk membantu kita berpikir lebih kompleks. Namun, ketika proses menghafal menjadi tujuan utama dalam pendidikan, maka kita justru akan terjebak dalam pola pikir mekanis yang tidak berkembang. Tan Malaka dengan tajam mengingatkan kita bahwa pendidikan yang hanya mengandalkan hafalan tanpa pemahaman mendalam dapat menghambat proses pembentukan kecerdasan sejati.

Di dunia pendidikan modern, banyak siswa yang terjebak dalam siklus menghafal untuk ujian, memproduksi jawaban yang tampak benar, namun tidak mampu menerapkan pengetahuan tersebut dalam konteks yang lebih luas. Ini bukanlah kecerdasan, melainkan sebuah proses mekanis yang menghasilkan ingatan semata tanpa kemampuan berpikir kritis, analitis, atau kreatif. Kecerdasan sejati, sebagaimana yang diinginkan oleh Tan Malaka, bukan hanya tentang seberapa banyak informasi yang dapat dihafal, tetapi sejauh mana seseorang mampu memahami, menghubungkan, dan mengaplikasikan informasi itu dalam situasi yang berbeda.

Lebih dari itu, menghafal tanpa pemahaman yang mendalam dapat membuat kita merasa puas dengan jawaban yang sudah ada tanpa mempertanyakan atau menggali lebih lanjut. Dalam masyarakat yang semakin kompleks dan cepat berubah, pola pikir seperti ini sangat terbatas. Dunia yang membutuhkan inovasi dan solusi kreatif tidak akan mendapat manfaat dari individu-individu yang hanya mengandalkan hafalan tanpa kemampuan untuk berpikir di luar kotak.

Pendidikan harus mendorong kita untuk menjadi pemikir kritis, bukan hanya pencatat informasi. Hal ini berarti, daripada sekadar menilai kecerdasan berdasarkan kemampuan menghafal, kita perlu menilai bagaimana seseorang dapat menganalisis masalah, merumuskan solusi, dan mengadaptasi pengetahuan mereka untuk menyelesaikan tantangan yang lebih besar. Dengan demikian, pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mengutamakan pemahaman daripada hafalan.

Sebagai contoh, dalam pendidikan sains, alih-alih hanya menghafal rumus atau fakta-fakta, siswa harus didorong untuk mengerti mengapa suatu rumus atau teori berlaku, dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dalam pelajaran sejarah, alih-alih hanya menghafal tahun dan peristiwa, siswa perlu dibimbing untuk memahami dampak dari peristiwa tersebut terhadap masyarakat dan dunia saat ini.

Selain itu, kita juga harus menyadari bahwa kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif merupakan keterampilan yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan, hubungan sosial, hingga peran kita dalam masyarakat. Jika kita hanya mengandalkan hafalan, kita akan terjebak dalam pola pikir yang kaku dan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang terus-menerus.

Pada akhirnya, Tan Malaka mengingatkan kita bahwa tujuan pendidikan seharusnya adalah untuk membebaskan pikiran, bukan untuk mengurungnya dalam rutinitas menghafal. Pendidikan yang sejati adalah yang melatih kita untuk berpikir, menganalisis, dan menciptakan, bukan hanya untuk mengingat dan meniru. Pendidikan yang membentuk manusia yang cerdas adalah pendidikan yang menumbuhkan kreativitas dan kritis, bukan sekadar kemampuan untuk menghafal informasi yang terbatas.

Maka dari itu, mari kita perbaiki cara kita mendidik generasi mendatang. Fokuskan pada pemahaman, diskusi, dan aplikasi pengetahuan yang lebih dalam, agar pendidikan tidak lagi menjadi proses mekanis yang mengubah kita menjadi “mesin hafalan”, tetapi sebuah sarana untuk melahirkan individu-individu yang cerdas, kritis, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.

Catatan M. Hanif Dhakiri
Wakil Ketua Umum DPP PKB

Peluang dan Tantangan Bagi PKB

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memasuki Pemilu 2029 dengan peluang besar untuk memperkuat posisinya di kancah politik nasional. Namun, tantangan yang dihadapi tidaklah ringan. Transformasi dari partai berbasis tradisional menjadi kekuatan politik modern yang relevan dan visioner menjadi sebuah keharusan. Dalam dunia politik yang semakin kompetitif, langkah setengah hati tidak akan cukup untuk meraih kemenangan. PKB perlu mengusung revolusi narasi, strategi, dan aksi yang berani untuk memimpin perubahan di era baru ini.

Menarik Perhatian Pemilih Muda

Perubahan demografi yang signifikan, di mana pemilih muda akan mendominasi 60 persen populasi pada Pemilu 2029, menuntut PKB untuk merumuskan pendekatan baru yang lebih segara dan berbasis ide. Dengan lebih dari 56 persen penduduk Indonesia kini tinggal di perkotaan, generasi muda yang pragmatis ini menuntut solusi nyata untuk isu-isu yang relevan dalam kehidupan mereka. Tanpa perubahan besar, PKB berisiko tertinggal oleh partai-partai lain yang lebih adaptif terhadap perubahan zaman.

Narasi Baru: “PKB Beda, PKB Berani

Dalam konteks ini, narasi baru adalah kunci untuk menarik perhatian pemilih. PKB harus melangkah keluar dari identitasnya sebagai partai berbasis agama dan menawarkan diri sebagai partai yang memiliki ide-ide besar. Mengadopsi nasionalisme hijau dan menggabungkan isu keberlanjutan lingkungan dengan keadilan sosial dapat menjadi langkah cerdas untuk memimpin narasi politik hijau di Indonesia. Dengan menawarkan solusi progresif—seperti transisi energi yang memberdayakan masyarakat kecil dan reformasi pendidikan berbasis teknologi—PKB dapat menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi tantangan bangsa.

Rebranding Total untuk Menyentuh Semua Golongan

PKB tidak boleh terpaku pada identitas Nahdliyyin saja. Untuk berkembang, rebranding total menjadi keharusan. PKB harus menjadi partai inklusif yang mampu menarik perhatian semua golongan, dari masyarakat pedesaan hingga profesional muda di perkotaan. Mengadopsi strategi yang mencontoh Partai Buruh di Inggris yang berhasil mentransformasi citra mereka menjadi kekuatan politik progresif adalah contoh yang perlu dicontoh oleh PKB.

Transformasi Digital: Menciptakan Keterhubungan yang Lebih Baik

Di era modern ini, pemahaman yang baik tentang pemilih adalah kunci keberhasilan. PKB seharusnya bertransformasi menjadi partai data-driven dan mengembangkan PKB DataLab untuk memetakan perilaku pemilih hingga tingkat desa. Dengan memanfaatkan teknologi, PKB bisa menyusun strategi kampanye yang lebih terarah dan efisien. Aplikasi PKB Connect dapat menjadi platform untuk menghubungkan kader partai dengan rakyat, memfasilitasi aspirasi, dan meningkatkan keterlibatan politik.

Baca juga : Respon Pernyataan Menteri PKP, DPR: Tidak Punya Rumah Bukan Berarti Miskin

Penguasaan Narasi Perkotaan

Melihat urbanisasi yang pesat, pemilih perkotaan menjadi medan pertempuran politik yang strategis. PKB harus memimpin narasi perkotaan dengan kebijakan konkret yang menyentuh isu-isu seperti transportasi, perumahan, dan ekonomi kreatif. Melalui program revitalisasi yang berbasis keberlanjutan, PKB dapat menarik minat pemilih urban dan menjadi partai yang relevan bagi generasi muda.

Menjadi “Pabrik” Pemimpin Masa Depan

Akhirnya, PKB harus memanfaatkan momentum ini untuk menjadi lebih dari sekadar partai politik. Dengan program seperti PKB Leadership Incubator, partai ini dapat melatih kader muda dalam kepemimpinan dan komunikasi publik. Memberikan 50 persen kursi calon legislatif kepada generasi muda akan menunjukkan keseriusan PKB dalam menciptakan perubahan dan membangun masa depan.

Kesimpulan: Saatnya Melompat, Bukan Melangkah

Pemilu 2029 adalah momentum penting bagi PKB untuk menciptakan sejarah baru. Dengan narasi yang berani, rebranding total, transformasi digital, penguasaan isu perkotaan, dan revolusi kaderisasi, PKB memiliki peluang besar untuk menjadi kekuatan politik dominan di Indonesia. “Hidupkan Harapan, Gerakkan Perubahan” bisa menjadi lebih dari sekadar slogan; ini adalah deklarasi visi besar untuk masa depan bangsa. Saatnya PKB melompat ke era baru dan menjadi motor serta pemimpin perubahan yang visioner untuk rakyat Indonesia.

Karawang – Puluhan warga Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang, mengikuti pelatihan literasi digital yang diadakan di Aula Kantor Desa Pulokalapa. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan warga dalam menulis berita dan memanfaatkan media sosial secara bijak. Selasa 2/8/2023

Pelatihan ini merupakan inisiatif dari Smart Village yang menghadirkan narasumber profesional, yaitu jurnalis dari TV Berita Karawang, Didi Suheri, M.Sos. Kehadiran Kang Didi sebagai narasumber diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi peserta terkait dunia jurnalistik dan literasi digital.

Baca juga : Desa Klari Tingkatkan Literasi Digital Warga Melalui Pelatihan Menulis Berita

Sekretaris Desa Pulokalapa, Anom Swara, menyampaikan apresiasinya atas terpilihnya Desa Pulokalapa sebagai salah satu lokus program Smart Village di Kabupaten Karawang. Menurutnya, pelatihan seperti ini sangat penting untuk mendorong masyarakat desa lebih melek digital.

“Alhamdulillah, dengan adanya pelatihan literasi digital ini, terutama yang berkaitan dengan menulis berita dan pemanfaatan media sosial, saya berharap para peserta dapat memahami dan menerapkan ilmunya dengan bijak,” ujar Anom dalam sambutannya.

Mendorong 6 Pilar Smart Village
Anom juga menekankan pentingnya Ruang Komunitas Digital Desa (RKDD) sebagai wadah pemberdayaan digital bagi warga yang memiliki minat dalam dunia digitalisasi. Program ini sejalan dengan langkah menuju penerapan 6 Pilar Smart Village, yaitu pemerintahan cerdas, ekonomi cerdas, lingkungan cerdas, masyarakat cerdas, mobilitas cerdas, dan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera.
Sementara itu, Kang Elam, Kader Digital Desa Pulokalapa, menjelaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya membahas cara menulis berita tetapi juga memberikan pemahaman tentang kode etik jurnalistik.

“Kami berharap dengan menghadirkan Kang Didi sebagai narasumber, komunitas RKDD ini dapat memahami literasi digital, menangkal berita hoaks, dan menulis berita yang baik,” jelas Kang Elam.

Baca juga : Napak Tilas Sejarah Karawang, Sendratari Napak Rawayan Sang Wali Segera Digelar

Komitmen Desa Pulokalapa Menuju Digitalisasi
Pelatihan ini diikuti oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk perangkat desa, pemuda, dan anggota RKDD. Melalui kegiatan ini, Desa Pulokalapa menunjukkan komitmennya untuk mengembangkan literasi digital sebagai bagian dari upaya menuju desa yang lebih cerdas, mandiri, dan terintegrasi.

Dengan adanya pelatihan ini, warga Desa Pulokalapa diharapkan dapat memanfaatkan teknologi secara positif, tidak hanya untuk berbagi informasi tetapi juga untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat desa./sp

Persoona.id – Dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-25 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PKB Kabupaten Karawang akan menggelar lomba musik akustik dan doa bersama. Kegiatan ini akan diselenggarakan pada Minggu, 23 Juli 2023 di halaman kantor DPC PKB Karawang.

Ketua DPC PKB Karawang, H. Rahmat Hidayat Djati, mengungkapkan bahwa lomba ini merupakan bagian dari rangkaian acara harlah PKB dan menjadi wadah ekspresi seni musik bagi masyarakat serta para kader.

“Acara lomba ini digelar dalam rangka memperingati hari lahir PKB ke-25. Lagu-lagu yang wajib dinyanyikan dalam lomba ini antara lain Mars PKB, Hymne PKB, dan PKB adalah Kita,” ujar Kang RHD, Senin (17/7/2023).

Rahmat yang juga dikenal sebagai Calon Bupati Karawang itu menambahkan bahwa lomba akan digelar di pagi hari, sementara malam harinya akan diadakan resepsi harlah yang diisi dengan doa bersama untuk keselamatan bangsa dan kemenangan PKB di Pemilu 2024.

“Pelaksanaan lomba diadakan Minggu pagi, malamnya kita adakan resepsi harlah dan doa bersama. Total hadiah yang kita siapkan sebesar Rp25 juta,” jelasnya.

Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi sarana untuk menggali potensi seni dan mempererat kebersamaan di antara kader dan masyarakat umum.

“Lomba musik akustik ini bisa jadi ajang mengekspresikan diri bagi kader-kader yang hobi bernyanyi. Semoga kegiatan ini membawa semangat baru menuju kemenangan PKB di Pemilu 2024,” tambah Kang RHD penuh semangat.

Bagi masyarakat Karawang yang berminat mengikuti lomba musik akustik ini, dapat mendaftar melalui tautan formulir pendaftaran berikut:
👉 https://forms.gle/aiZ5FjTfPFufn2Ky9