Duhai Kau yang mengerti bahasa diam
Maha Tahu dari segala yang tahu
Yang hafal samudera kedalaman jiwa
Tiada rahasia yang menjadi rahasiaMu

Di lengkung batas cakrawala
Dan di cakrawala yang tanpa batas
Semoga dengan kekuasaanMu
Tuhanku

Kau sentuh hatinya dengan cinta
Cinta yang membimbingnya
Ke pelukanku.

: Abah Sarjang

Tembang-tembang cinta
Dari palung jiwa terdalam
Berkumandang
Sambut semburat pelangi pagi

Rasakanlah kehangatan
Basuhi tubuhmu
Baluri sgala sendi dengan senyum wangi surgawi
Oo damailah jiwa
Oo damailah jiwa

Alangkah indah bila kita
Tebarkan kasih pada semesta
Alangkah berarti saat diri
Jadi bagian alam raya ini

Mari bersama kita gali sumur nurani
Agar kebeningan
Terasa sejuknya terasa sejuknya
Genggam berpegangan tangan
Saling menjaga saling berbagi
Hidup berdampingan,
Damai meraja damai meraja…

: Abah Sarjang

Tuhan
Aku datang berselendang kabut malam
yang berat mengangkut ribuan ton kekecewaan
makhluk-makhluk tersisih mati kehabisan nafas,
dan kelaparan di negri hijau berbunga.
Izinkan ku bersimpuh
pada sajadah kusut masai yang legam dinoda dendam,
cemburu karena laut tak lagi bening,
ikan-ikan berenang di limbah jelaga
dan anak-anak camar mati sebelum bisa terbang.

Tuhan
Serigala tak lagi berbulu domba
Setelan jas dan dasi kemewahan menghiasi penyamarannya
Senyum ramah, mata haus darah, lidah menjulur, liur menetes,
menerkam mencabik nasib sikecil nyinyir
yang terlanjur hidup di dogma ragu dan sangsi
Sang serigala tak lagi berbulu domba,
taringnya disembunyikan dalam kata- kata manis muluk,
dilumuri madu perdamaian dan kecerahan masa depan.
“Dari rakyat”
(kuperas habis keringat, darah dan akal budi demi kepentinganku)
“Oleh rakyat”
(derajatku ditinggikan, kedudukanku dinobatkan)
“Untuk rakyat”
(segala tulang belulang, sampah,
limbah dan sisa-sisa berbau busuk penuh racun)
Dan srigala berpesta pora gegap gempita

Dan makhluk tersisih mengais sisa-sisa demi lapar yang kian meraja
Bumi tak lagi bersemi, bunga-bunga ragu mekar
Ilalang kecewa dan mati kekeringan
Langit tak lagi berbintang, mega-mega lupa hujan
Bintang-bintang temaram dan semakin temaram

Tuhan
Jalan-jalan beraspal dan jembatan beton dibangun lintang melintang
Kendaraan sesak antri kemasing-masing tujuan
Namun jalan ketempat-Mu begitu lenggang hanya beberapa musyafir
sunyi yang kesepian dan lelah dalam hidup
Ada juga mereka yang berkendaraan atas namaMu, namun kulihat hanya
mengejar kursi empuk di atas bara api

Tuhan
Tampuk kepemimpinan bukan lagi tampuk beban tanggungjawab
bagi kemakmuran rakyat
Kepemimpinan adalah mesin pencetak uang bagi kemakmuran sendiri
Kaum muda dijejali idola-idola gamang
dan tercetak budaya yang bukan budayanya
Yang perempuan kehilangan rasa ibu di hatinya rela telanjang pamer
badan tanpa harus malu demi mode jaman…….

Tuhan
Kubawa keluh kesah ini padamu
Karena yang bertelinga telah kehilangan pendengarannya.

VERSI LAGU

Tuhan aku datang
Berselendang kabut malam
Yang berat mengangkut ribuan ton kekecewaan

Mahluk-mahluk tersisih,
Mati kehabisan nafas dan kelaparan di negeri,
hijau berbunga

Tuhanku, ya robbi, tempatku, bersujud
Tuhanku, ya robbi, arahku, bermaksud

Terimalah doa kami, ya robbi
Terimalah sembah sujud kami

Terimalah doa kami, ya robbi
Terimalah keluh kesah kami

Bumi tak lagi bersemi
Bunga-bunga ragu mekar
Ilalang kecewa dan mati
Mati kekeringan

Langit tak lagi berbintang
Mega-mega lupa hujan
Bintang-bintang temaram
Dan semakin temaram.

: Abah Sarjang

Ada sembilu
Menoreh sumsum tulang punggung
Saat nafas perpisahan
Meretak di ujung lidah

Lambaianmu lebih tipis dari angin
Yang menancap di ruas-ruas tulang
Pipimu dingin dan beku
Gigilnya meremas urat

Tiba-tiba langit menyempit
Udara berubah padat
Airmata dan rintihan
Menancap tepat di pusat jantung

Kau melenggang tenang meniti tangga langit
Menyisakan aroma balsem
Dan gumam penghabisan
Hanya kelambu, Ma
Hanya kelambu.

: Abah Sarjang

Mencintaimu adalah
Belajar memahami ranting
Perlu sepasang sayap yang ringan
Untuk hinggap
Di rapuh cabang anganmu


Mengertimu adalah
Menusuk jantung dengan jarum
Merejam jiwa dengan kesabaran
Sebelum tersengat
Racun kekecewaan.

: Abah Sarjang

Seni adalah ekspresi diri yang dapat membuka mata kita terhadap dunia yang lebih luas. Bagi Bang Jack, seorang pelukis asal Karawang, seni bukan hanya soal lukisan atau bentuk visual semata, tetapi tentang kebebasan dalam berkreasi dan berbagi pesan. Melalui perjalanan kariernya yang penuh tantangan, Bang Jack telah menunjukkan bahwa seni harus inklusif, bebas dari batasan, dan bisa diakses oleh siapa saja, tidak terkecuali mereka yang baru memulai.

Seni sebagai Sarana Ekspresi Tanpa Batas

Sebagai seorang pelukis yang lebih condong pada aliran ekspresionisme, Bang Jack percaya bahwa seni harus dapat berbicara bebas, tanpa terikat oleh aturan yang kaku. Ini yang membedakan ekspresionisme dengan aliran lain seperti realisme, yang lebih mengutamakan kesamaan bentuk dengan kenyataan. Dalam wawancara, ia menyebutkan bahwa dirinya lebih nyaman dengan kebebasan yang ditawarkan ekspresionisme, di mana emosi dan ide bisa dituangkan tanpa batasan. Ini mengingatkan kita bahwa seni adalah ruang untuk bereksperimen dan menyuarakan hal-hal yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Baca juga : Menjaga Identitas Kebangsaan dalam Keberagaman

Peran Saung Kreasi JHB dalam Membangun Komunitas Seni

Bang Jack tidak hanya berfokus pada karyanya sendiri, tetapi juga berupaya menginspirasi generasi baru melalui Saung Kreasi JHB, sebuah tempat yang ia dirikan untuk menghilangkan senioritas dalam dunia seni. Saung Kreasi JHB menawarkan ruang bagi siapa saja untuk belajar, berdiskusi, dan berkembang tanpa adanya tekanan untuk mengikuti hierarki yang ketat. Dengan misi untuk membangun atmosfer seni di Karawang, Bang Jack menunjukkan bahwa seni adalah untuk semua orang, dari yang pemula hingga yang profesional. Keberadaan Saung Kreasi JHB menjadi bukti bahwa seni dapat berkembang ketika ada ruang untuk berkolaborasi dan berbagi ide.

Mengatasi Tantangan dan Melihat Peluang

Seperti halnya setiap seniman, Bang Jack juga menghadapi tantangan, mulai dari rasa jenuh hingga kesulitan finansial. Namun, ia menunjukkan bahwa dalam berkesenian, ketekunan dan kreativitas adalah kunci untuk bertahan. Ketika tidak ada dana untuk membeli cat, ia mencari cara lain untuk menghasilkan uang, seperti membuat mebel dari kayu. Ini menjadi pelajaran bahwa sebagai seniman, kita tidak hanya harus mengandalkan satu sumber penghasilan, tetapi harus kreatif dalam menghadapi tantangan hidup.

Harapan untuk Generasi Muda

Pesan yang dapat kita ambil dari perjalanan Bang Jack adalah untuk tidak takut mencoba dan berani bereksperimen. Seni adalah perjalanan yang tidak selalu mulus, namun konsistensi dan keberanian untuk terus berkarya akan membuahkan hasil. Melalui Saung Kreasi JHB, Bang Jack berharap generasi muda di Karawang dan sekitarnya dapat melihat seni bukan sebagai hal yang sulit diakses, tetapi sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan dan pandangan mereka.

Seni Sebagai Sarana Menghargai Proses Kreatif

Sebagai masyarakat, kita juga perlu lebih menghargai seni, khususnya seni lukis, dengan cara memahami proses kreatif di baliknya. Setiap karya seni adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi seorang seniman. Oleh karena itu, membeli karya seni dengan harga yang pantas dan mengapresiasi pameran seni adalah cara kita untuk mendukung keberlangsungan seni di Indonesia.

Kesimpulan: Seni untuk Semua Orang

Bang Jack telah menunjukkan kepada kita bahwa seni bukan hanya untuk kalangan tertentu, tetapi untuk semua orang. Melalui Saung Kreasi JHB dan karya-karyanya yang menginspirasi, ia mengajarkan kita bahwa seni adalah jalan untuk bebas berekspresi, berkolaborasi, dan memperjuangkan pesan-pesan penting dalam hidup. Semoga kisahnya bisa menginspirasi lebih banyak orang, khususnya generasi muda, untuk terus berkarya dan menjaga semangat seni tetap hidup di tengah-tengah kita.(*)

Indonesia, dengan segala keberagamannya, merupakan negara yang memiliki potensi luar biasa. Dari ribuan pulau, beragam suku, bahasa, hingga agama yang dianut oleh penduduknya, Indonesia adalah rumah bagi banyak perbedaan. Namun, di balik semua perbedaan itu, ada satu kesamaan yang mengikat seluruh bangsa ini: identitas kebangsaan Indonesia yang harus dijaga dan dipelihara. Salah satu ungkapan yang menggambarkan semangat kebangsaan ini adalah, “Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India, kalau jadi Islam jangan jadi orang Arab, kalau jadi Kristen jangan jadi orang Yahudi, tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya nusantara yang kaya raya ini.”

Walaupun ungkapan ini sering dikaitkan dengan Soekarno, sang proklamator Indonesia, esensinya sangat relevan dengan semangat perjuangan beliau untuk membangun bangsa yang berdaulat dan bersatu. Apa makna sesungguhnya dari pernyataan ini? Dan bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia dapat menghidupkan pesan tersebut dalam kehidupan sehari-hari?

Baca juga : Kepemudaan Gus Dur dan Peranannya dalam Perubahan Sosial

Menghargai Keberagaman Tanpa Melupakan Identitas

Keberagaman adalah kekuatan Indonesia. Negara ini terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya, yang masing-masing memiliki nilai-nilai dan tradisi yang berbeda. Soekarno, sebagai pemimpin yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, selalu menekankan pentingnya persatuan di tengah keragaman ini.

Namun, dalam pesannya tersebut, Soekarno mengingatkan agar kita tidak terjebak dalam identitas etnis atau agama tertentu yang hanya mengarah pada asal-usul luar negeri. Misalnya, jika kita menganut agama Hindu, kita tidak harus menjadi “orang India,” melainkan kita harus tetap menjadi orang Indonesia yang hidup dengan kebudayaan Nusantara yang telah ada sejak zaman dahulu. Begitu pula dengan agama Islam atau Kristen, kita diminta untuk tidak mengidentifikasi diri kita semata-mata dengan bangsa Arab atau Yahudi, tetapi dengan identitas sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang kaya dan beragam.

Indonesia dan Adat Budaya Nusantara

Pesan yang terkandung dalam ungkapan tersebut juga mengingatkan kita untuk selalu menghargai dan menjaga kebudayaan Nusantara. Kebudayaan Indonesia adalah harta yang sangat berharga, yang terdiri dari berbagai tradisi, bahasa, seni, makanan, dan upacara yang ada di seluruh pelosok negeri. Dari sabang hingga merauke, dari Aceh hingga Papua, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tidak dapat ditemukan di negara lain.

Baca juga : Pemuda Menurut Ir. Sukarno – Kekuatan yang Mendorong Perubahan

Soekarno menyadari betul bahwa Indonesia bukan hanya negara yang dibentuk oleh agama dan etnis, tetapi juga oleh warisan budaya yang telah ada sejak ribuan tahun. Oleh karena itu, meskipun kita mengadopsi agama tertentu, kita tetap harus mengikatkan diri pada kebudayaan Indonesia, sebagai pengikat persatuan bangsa. Soekarno ingin agar bangsa Indonesia tidak terpecah karena perbedaan agama atau etnis, melainkan mampu bersatu dalam kebudayaan yang mencerminkan semangat kebangsaan.

Baca juga : Kepemudaan Gus Dur dan Peranannya dalam Perubahan Sosial

Persatuan dalam Keragaman

Dalam konteks Indonesia, persatuan dalam keragaman adalah hal yang sangat penting. Indonesia mungkin menjadi negara dengan keberagaman agama dan budaya terbesar di dunia, tetapi justru dari sinilah kekuatan kita berasal. Soekarno selalu mengingatkan bahwa meskipun kita berbeda, kita harus tetap satu dalam semangat kebangsaan.

Prinsip “Bhinneka Tunggal Ika,” yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu,” merupakan landasan dari kehidupan berbangsa dan bernegara yang dicanangkan Soekarno. Semua elemen bangsa Indonesia harus bersatu untuk membangun negara ini, tanpa memandang agama, suku, atau ras. Dengan menghargai dan merayakan keragaman yang ada, Indonesia dapat menjadi negara yang kuat dan maju.

Menjadi Bangsa yang Bersatu

Apa yang dapat kita pelajari dari ungkapan Soekarno ini? Sebagai generasi penerus bangsa, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat persatuan Indonesia. Setiap individu, terlepas dari latar belakang agama atau suku, harus merasa bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Kita harus menghargai dan melestarikan kebudayaan Nusantara yang merupakan warisan dari nenek moyang kita.

Bukan hanya soal agama atau etnis, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari kita harus memperlihatkan rasa hormat terhadap sesama, memperkuat persatuan, dan bekerja bersama untuk kemajuan bangsa. Menghargai perbedaan, namun tetap berpegang teguh pada identitas kita sebagai orang Indonesia adalah kunci untuk membangun negara yang lebih baik.

Kesimpulan

Soekarno, dalam semangat perjuangannya, menegaskan bahwa meskipun kita memeluk agama yang berbeda dan berasal dari suku yang berbeda, kita tetap harus menjadi orang Indonesia. Identitas kebangsaan Indonesia harus lebih besar dari sekadar agama atau etnis. Kebudayaan Nusantara yang kaya raya adalah pondasi yang menyatukan kita. Dengan menjaga dan merawat kebudayaan ini, kita turut menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta mewujudkan Indonesia yang maju, damai, dan sejahtera.

Pergantian tahun selalu menjadi momen spesial bagi banyak orang. Tahun Baru 2025 kali ini terasa lebih istimewa karena bertepatan dengan 1 Rajab 1446 Hijriah, bulan mulia dalam kalender Islam. Peristiwa ini memberikan ruang untuk merenung dan merayakan, tidak hanya secara duniawi, tetapi juga spiritual.

Makna 1 Rajab: Menghormati Bulan Mulia

Rajab dikenal sebagai salah satu dari empat bulan haram dalam Islam, di mana umat Muslim diajak untuk memperbanyak amal kebaikan, meninggalkan hal-hal buruk, dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT. Bulan ini adalah pengingat untuk menjauhkan diri dari kebiasaan buruk dan memperbanyak ibadah, seperti puasa sunnah, zikir, dan sedekah.

Bersamaan dengan itu, malam tahun baru sering kali dirayakan dengan pesta meriah yang kadang berlebihan. Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi umat Muslim untuk menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat.

Perayaan Tahun Baru yang Bermakna

Perayaan tahun baru 2025 yang bersamaan dengan 1 Rajab seharusnya menjadi momen introspeksi, bukan hanya sekadar selebrasi. Generasi muda, khususnya, diingatkan untuk memanfaatkan momen ini dengan kegiatan positif. Pergantian tahun dapat menjadi ajang:

  1. Refleksi Resolusi: Mengevaluasi apa yang sudah dicapai dan merencanakan langkah lebih baik di tahun mendatang.
  2. Spirit Kebersamaan: Mengadakan doa bersama atau diskusi reflektif untuk mempererat hubungan keluarga dan komunitas.
  3. Peningkatan Ibadah: Memulai tahun dengan memperbanyak ibadah di bulan Rajab sebagai persiapan menyambut Ramadhan.

Peran Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah juga diharapkan mengambil peran strategis dalam mengelola perayaan ini. Dengan memadukan kegiatan budaya dan keagamaan, perayaan tahun baru bisa menjadi lebih bermakna. Pengajian akbar, zikir bersama, atau festival seni Islami dapat menjadi alternatif menarik untuk menggantikan pesta yang berlebihan.

Baca juga : Sekda Karawang: ASN Bagian Solusi Pembangunan

Masyarakat pun harus mendukung suasana kondusif dengan tidak melibatkan diri dalam aktivitas yang melanggar norma sosial atau agama, seperti konvoi liar atau pesta yang tidak terkendali.

Harmoni Dunia dan Akhirat

Ketika tahun baru 2025 bertemu dengan 1 Rajab 1446 Hijriah, ini adalah pengingat bahwa kita hidup dalam dua dimensi waktu: duniawi dan ukhrawi. Keduanya harus berjalan seimbang, dengan visi hidup yang tidak hanya mengejar kesuksesan di dunia, tetapi juga keselamatan di akhirat.

Mari manfaatkan momen ini untuk memulai tahun baru dengan niat yang baik, langkah yang terencana, dan hati yang penuh rasa syukur kepada Allah SWT. Selamat Tahun Baru 2025 dan 1 Rajab 1446.(*)

Karawang – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan kunjungan ke destinasi wisata religi Makam Syech Quro di Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang, pada Jumat, 17 Juni 2022. Kunjungan ini bertujuan untuk meneliti potensi pengembangan Smart Village dan pemberdayaan masyarakat melalui sektor wisata religi.

Rombongan BRIN disambut hangat oleh Sekretaris Desa Pulokalapa, Kang Anom, di aula desa. Dalam acara tersebut, hadir jajaran aparat desa, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), pendamping lokal desa, dan kader digital Smart Village. Sekdes Anom menyampaikan bahwa Desa Pulokalapa memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata religi yang dapat diberdayakan lebih lanjut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Baca juga : Napak Tilas Sejarah Karawang, Sendratari Napak Rawayan Sang Wali Segera Digelar

Adelia, perwakilan BRIN, menjelaskan bahwa riset ini bertujuan untuk memahami dampak sosial dan ekonomi dari wisata religi terhadap kehidupan masyarakat setempat. Makam Syech Quro menjadi daya tarik utama desa ini, dengan ribuan pengunjung setiap malam Sabtu dan Sabtu Kliwon. Menurut Adelia, wisata religi ini telah membawa dampak positif pada perekonomian lokal. Banyak warga desa yang sebelumnya bekerja sebagai buruh tani kini beralih profesi menjadi pedagang di sekitar area makam. Selain itu, pengelolaan parkir yang dilakukan oleh Karang Taruna turut menyumbang pada Pendapatan Asli Desa (PAD) yang dikelola oleh BUMDesa Pulokalapa.

Dalam kesempatan tersebut, Harry Priatna, Duta Digital Kemendesa, dan Elam Jajang, kader digital Desa Pulokalapa, menegaskan pentingnya digitalisasi dalam mempromosikan potensi wisata religi. Promosi melalui media sosial dianggap sebagai strategi efektif untuk meningkatkan visibilitas Makam Syech Quro agar dikenal lebih luas oleh masyarakat Indonesia. Dengan pemanfaatan teknologi digital, Desa Pulokalapa diharapkan dapat berkembang menjadi salah satu model Smart Village yang maju.

Setelah berdiskusi, rombongan BRIN diajak untuk melihat langsung Makam Syech Quro, yang berlokasi tidak jauh dari kantor desa. Makam ini telah menjadi pusat kegiatan religi dan ekonomi masyarakat setempat, menunjukkan bahwa wisata religi dapat menjadi salah satu pilar pembangunan desa berbasis masyarakat.

Kata kunci terkait: wisata religi Makam Syech Quro, Desa Pulokalapa, Smart Village, BRIN Karawang, wisata religi Karawang, pemberdayaan masyarakat desa./sp

Gus Dur – Abdurrahman Wahid, bukan hanya dikenang sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia, tetapi juga sebagai seorang pemimpin yang memperjuangkan hak asasi manusia, pluralisme, dan demokrasi. Pemikiran-pemikirannya yang terbuka, inklusif, dan berorientasi pada keadilan sosial menjadikannya sebagai salah satu tokoh paling dihormati dalam sejarah Indonesia. Namun, yang tidak kalah penting adalah peran Gus Dur dalam memperkuat posisi pemuda sebagai agen perubahan dalam masyarakat.

Pemuda sebagai Kekuatan Sosial dan Politik

Gus Dur meyakini bahwa pemuda memiliki peran sentral dalam perubahan sosial dan politik. Bagi beliau, pemuda adalah motor penggerak utama kemajuan bangsa. Dalam pandangannya, masa muda bukan hanya sekedar waktu untuk mengejar ambisi pribadi, tetapi lebih kepada waktu untuk menggali potensi sosial dan intelektual yang bermanfaat bagi masyarakat. Pemuda dihadapkan pada tantangan untuk berpikir kritis, aktif dalam gerakan sosial, dan berani memperjuangkan keadilan sosial.

Baca juga : Menghafal Tidak Menambah Kecerdasan, Justru Membuat Kita Seperti Mesin

Pemuda dalam Era Reformasi: Gus Dur dan Gerakan Perubahan

Pada era reformasi, ketika bangsa Indonesia sedang bergulat untuk menumbangkan rezim Orde Baru, Gus Dur memainkan peran yang sangat penting. Sebagai salah satu tokoh yang mendukung gerakan mahasiswa, Gus Dur memahami bahwa perubahan sejati datang dari kerjasama antara rakyat, terutama pemuda, dengan elemen-elemen progresif dalam masyarakat. Reformasi 1998 yang dipelopori oleh mahasiswa dan didukung oleh berbagai pihak membuka jalan bagi demokratisasi dan kebebasan sipil yang lebih luas.

Namun, keberhasilan reformasi bukanlah akhir dari perjuangan pemuda Indonesia. Gus Dur, meski telah mencapai posisi tertinggi di negara ini, tetap mengingatkan kita tentang pentingnya peran pemuda dalam menjaga dan mengembangkan demokrasi. Dalam banyak pidatonya, beliau selalu menekankan bahwa pemuda harus tetap terlibat aktif dalam proses politik, sosial, dan budaya, bukan hanya menjadi penonton dalam perubahan, tetapi juga sebagai pelaku aktif yang mendorong kemajuan.

Pentingnya Pendidikan dan Pembentukan Karakter Pemuda

Gus Dur tidak hanya berbicara soal politik, tetapi juga tentang pentingnya pendidikan dalam mencetak pemuda yang berkarakter. Beliau menekankan bahwa pendidikan adalah kunci untuk membentuk pemuda yang cerdas, berjiwa besar, dan memiliki kepedulian terhadap sesama. Gus Dur sangat menginginkan pemuda Indonesia untuk memiliki pemikiran yang terbuka, sehingga mereka tidak hanya terjebak dalam pola pikir sempit yang menghalangi kemajuan sosial dan kebhinekaan.

Pluralisme dan Toleransi sebagai Nilai Utama

Salah satu nilai yang selalu Gus Dur perjuangkan adalah pluralisme—pengakuan dan penghargaan terhadap keberagaman. Sebagai seorang tokoh yang sangat memperhatikan hubungan antarumat beragama, Gus Dur mengajak pemuda untuk memahami pentingnya toleransi dan saling menghormati. Di tengah keragaman Indonesia, pemuda tidak hanya dituntut untuk berjuang demi kepentingan individu, tetapi juga untuk menjaga persatuan dan keharmonisan di tengah perbedaan.

Kepemudaan Gus Dur di Era Kini

Pandangan Gus Dur tentang pemuda sangat relevan dengan kondisi kita saat ini. Pemuda dihadapkan pada tantangan globalisasi, kemajuan teknologi, dan perubahan sosial yang cepat. Namun, semangat dan pesan Gus Dur bahwa pemuda adalah agen perubahan yang harus terus berjuang untuk keadilan sosial tetap tidak berubah. Pemuda Indonesia diharapkan untuk tidak hanya fokus pada pencapaian individu, tetapi juga memiliki rasa tanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan negara.

Dalam konteks ini, Gus Dur mengajarkan kita bahwa perubahan besar dimulai dari pemuda yang berpikir besar dan bertindak untuk kebaikan bersama. Pemuda harus berani bermimpi besar, berinovasi, dan memperjuangkan prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan sosial yang dapat membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik.

Kesimpulan

Pemuda Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk membawa perubahan. Gus Dur, dengan segala pemikiran dan perjuangannya, mengingatkan kita bahwa peran pemuda tidak bisa dipandang sebelah mata. Pemuda adalah kekuatan utama yang dapat mendorong negara ini menuju masa depan yang lebih baik, lebih demokratis, dan lebih inklusif. Tugas kita sebagai generasi muda adalah untuk melanjutkan warisan perjuangan Gus Dur dengan semangat perubahan, toleransi, dan keadilan sosial demi kemajuan bangsa Indonesia.(*)