Indonesia, 28 Januari 2025 – Umat Konghucu di seluruh Indonesia akan merayakan Tahun Baru Imlek (Chinese New Year) 2576 Kongzilia pada 29 Januari 2025. Perayaan ini menjadi momentum spesial bagi umat Konghucu, mirip dengan hari raya bagi penganut agama lain, di mana mereka mengucapkan rasa syukur atas rezeki dan kebahagiaan.

Baca juga : Perayaan Tahun Baru Imlek 2025 Akan Meriah di Kawasan Midlands, Inggris

Hujan sebagai Ciri Khas Perayaan Imlek
Menariknya, hujan sering kali menyertai perayaan Imlek, dan hal ini bukanlah kebetulan. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai kaitan antara perayaan Imlek dan hujan:

Imlek Selalu Bertepatan dengan Musim Hujan
Penetapan Tahun Baru Imlek didasarkan pada penanggalan kalender China, yang jatuh antara 21 Januari hingga 21 Februari setiap tahunnya. Tahun ini, Imlek jatuh pada 29 Januari 2025. Menurut prakiraan dari BMKG, bulan Januari adalah musim hujan di Indonesia, dengan puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada bulan Januari hingga Februari. Oleh karena itu, perayaan Imlek tak terpisahkan dari musim hujan, menjadikan hujan sebagai ciri khas perayaan ini di Indonesia.

Hujan Menjadi Simbol Keberuntungan
Dalam kepercayaan umat Konghucu, hujan dianggap sebagai simbol keberuntungan. Wakil Presiden Asosiasi Cairns dan Distrik Tiongkok, Nathan Lee Loong, menjelaskan bahwa air hujan melambangkan keberuntungan di Tiongkok. Hujan yang turun menjelang Hari Raya Imlek diyakini sebagai pertanda kemakmuran di tahun yang akan datang. Semakin banyak hujan yang turun, semakin berlimpah kemakmuran yang diyakini akan datang. Di Indonesia, hujan saat Imlek sering disebut sebagai pembawa hoki atau keberuntungan.

Baca juga : DPR Dukung Wacana Work From Anywhere Saat Mudik Lebaran-Nyepi

Air dan Konsep Yin dan Yang
Air juga berkaitan dengan konsep Yin dalam filosofi Yin dan Yang. Konsep ini mencakup berbagai aspek, seperti lambat, lembut, feminin, dingin, basah, menyebar, dan pasif. Dalam kepercayaan umat Konghucu, segala yang berhubungan dengan air dianggap sakral, terutama pada perayaan Tahun Baru Imlek. Kesakralan ini semakin terasa saat umat merayakan momen spesial ini.(*)

Jakarta – Pemerintah Indonesia baru-baru ini mengumumkan pembaruan garis kemiskinan dengan angka yang lebih tinggi, yaitu sekitar 595 ribu rupiah per bulan atau setara dengan 19 ribu hingga 20 ribu rupiah per hari. Menurut pernyataan tersebut, warga negara Indonesia yang berbelanja sebesar 20 ribu rupiah sehari tidak lagi dikategorikan miskin.

Garis kemiskinan yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) ini menunjukkan bahwa pada bulan Maret 2024, angka garis kemiskinan berada di angka 582.932 rupiah per bulan, dan sedikit meningkat pada September 2024 menjadi 595.242 rupiah per bulan. Dengan pengeluaran harian yang setara dengan 20 ribu rupiah, mereka yang berbelanja dalam kisaran angka tersebut dianggap telah keluar dari kategori miskin menurut standar pemerintah.

Baca juga : Fraksi PKB Jawa Barat Gelar Diskusi Terobosan untuk Kesejahteraan

Namun, apakah benar pengeluaran 20 ribu rupiah sehari sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup di Indonesia yang harga barang dan jasa terus meningkat? Meskipun secara matematis angka tersebut dapat dianggap cukup untuk memenuhi garis kemiskinan, kenyataannya, biaya hidup di berbagai daerah bisa jauh lebih tinggi. Kebutuhan dasar seperti makanan, transportasi, dan biaya lainnya seringkali melebihi angka tersebut, terutama di kota-kota besar.

Dalam konteks ini, meskipun secara teori pemerintah mengatakan pengeluaran 20 ribu rupiah sehari sudah cukup, banyak warga yang merasa bahwa kehidupan dengan anggaran harian tersebut masih sangat terbatas. Selain itu, peningkatan harga barang kebutuhan pokok juga menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat yang berpendapatan rendah.

Jadi, meskipun warga yang berbelanja 20 ribu rupiah sehari tidak lagi tercatat sebagai kelompok miskin, kenyataan hidup sehari-hari mungkin masih jauh lebih sulit. Ke depan, pemerintah perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam menentukan standar kemiskinan yang lebih mencerminkan realitas ekonomi rakyat.(*)