
Persoona.id – Sosok pejuang yang satu ini mungkin tak setenar pahlawan nasional lainnya, namun sejarah mencatatnya sebagai pemuda tangguh yang menjadi simbol perlawanan rakyat pesisir utara Jawa Barat terhadap kolonialisme Belanda. Ia adalah Ki Bagus Jabin, seorang ulama muda karismatik yang melanjutkan perjuangan Ki Bagus Rangin.
Makam Ki Bagus Jabin terletak di tengah kompleks pemakaman umum Desa Cikampek Pusaka, Karawang. Lokasi makam berada dalam bangunan khusus yang juga menjadi tempat ziarah dan pusat kegiatan keagamaan masyarakat setempat, terutama saat malam Jumat atau bulan-bulan tertentu seperti Maulid dan Syaban.
Baca juga : Jejak Syekh Quro dan Masjid Agung Karawang: Warisan Islam Tertua di Jawa
Bangunan makam terdiri dari beberapa bagian, termasuk ruangan utama tempat jasad Ki Bagus Jabin dimakamkan. Makam beliau dilindungi kelambu putih dan jiratnya terbuat dari kayu jati, tersusun dalam tiga lapisan. Nisan makam berbentuk floral dan dihiasi ukiran geometris serta bunga timbul, dengan tinggi hampir 1 meter.
Selain makam utama, di area bangunan tersebut juga terdapat makam juru kunci, keluarga, serta seorang tokoh penting bernama Buyut Sepuh I (Panglebar Buana), yang merupakan tangan kanan sekaligus juru kunci pertama setelah wafatnya Ki Bagus Jabin.
Jejak Perjuangan Melawan Kolonial
Nama asli Ki Bagus Jabin adalah Raden Kramawangsa, keturunan bangsawan Kasepuhan Cirebon dan saudara dari Ki Bagus Rangin, seorang ulama yang memimpin pemberontakan besar terhadap pemerintah Hindia-Belanda pada awal 1800-an. Ketika Ki Bagus Rangin ditangkap pada 1812, perlawanan rakyat sempat terhenti.
Namun, pada 8 Desember 1816, perlawanan kembali menyala saat seorang pemuda berusia 16 tahun bernama Bagus Jabin memimpin sekitar 2.500 orang dari wilayah Karawang, Ciasem, dan Pamanukan untuk bangkit melawan penindasan kolonial. Mereka menyerbu wilayah Kandanghaur sebagai pusat pemerintahan lokal yang dianggap pro-Belanda.
Serangan besar itu membuat Residen Cirebon, W.N. Servatius, mengerahkan pasukan gabungan dari Priangan, Jawa Tengah, hingga Solo untuk mengepung Kandanghaur. Pertempuran pun tak terelakkan. Ki Bagus Jabin dan pasukannya sempat menggempur Indramayu, tetapi kekuatan Belanda yang jauh lebih besar akhirnya membuat pasukannya terdesak dan terkepung di Sungai Cimanuk. Sebanyak 500 orang ditangkap dan 60 tewas.
Dari Gerilyawan Menjadi Penyebar Agama
Setelah kekalahan tersebut, Ki Bagus Jabin melarikan diri dan terus melakukan perlawanan gerilya di sepanjang pesisir utara Jawa Barat. Hingga akhirnya ia menetap di sebuah dataran tinggi yang kini dikenal sebagai Desa Cikampek Pusaka, Karawang. Tempat itu dianggap strategis karena dekat dengan Sungai Citarum dan dikelilingi hutan.
Di tempat persembunyiannya ini, Ki Bagus Jabin tak hanya menyusun strategi perjuangan, tetapi juga dikenal sebagai penyiar agama Islam yang disegani. Kiprahnya dalam membimbing masyarakat dan membangun kekuatan spiritual rakyat membuatnya dikenang sebagai tokoh karismatik hingga kini.
Baca juga : Kelenteng Sian Jin Ku Po: Warisan Sejarah Tionghoa di Karawang
Pusat Ziarah dan Tradisi Budaya
Makam Ki Bagus Jabin kini menjadi salah satu pusat spiritual dan budaya masyarakat Karawang. Selain sebagai tempat ziarah, area makam ini kerap dijadikan tempat pelaksanaan ritual adat, seperti Hajat Bumi, syukuran, dan kegiatan keagamaan lainnya. Tak sedikit peziarah yang menginap di ruangan ziarah khusus untuk melakukan tawasulan.
Kehadiran makam ini tidak hanya menjadi pengingat atas jejak perlawanan terhadap penjajahan, tetapi juga simbol keteladanan spiritual seorang pemuda pejuang yang rela berkorban demi keadilan dan kemerdekaan rakyatnya./karawangkab