Bandung – Ketua Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat, Rahmat Hidayat Djati, bersama jajaran anggota Komisi I melakukan kunjungan kerja ke Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat. Kunjungan ini bertujuan untuk mendorong optimalisasi kinerja anggota baru KPID guna meningkatkan kualitas penyiaran di Jawa Barat. Rabu 8 Januari 2025

Dalam pertemuan yang berlangsung hangat, Ketua Komisi I menyampaikan harapannya agar anggota baru KPID mampu membawa perubahan signifikan dalam pengawasan dan pengelolaan penyiaran di provinsi ini. “Sebagai regulator, KPID memiliki peran penting dalam memastikan penyiaran yang berkualitas, edukatif, dan sesuai dengan regulasi,” ujar Rahmat Hidayat Djati.

Baca juga : Komisi I DPRD Jabar Pantau Aset di Balai Perlindungan Tanaman

Kunjungan ini juga menjadi forum diskusi strategis terkait tantangan yang dihadapi KPID dalam era digitalisasi penyiaran, seperti pengawasan konten digital, penyiaran yang inklusif, serta keberpihakan pada budaya lokal.

Perwakilan KPID Jawa Barat memaparkan sejumlah program kerja prioritas yang telah dirancang untuk mendukung visi tersebut, termasuk penguatan sinergi dengan lembaga pemerintah dan pelaku industri penyiaran.

Anggota Komisi I DPRD Jabar juga menyoroti pentingnya peningkatan kompetensi anggota KPID melalui pelatihan dan kerja sama dengan institusi penyiaran nasional maupun internasional. Hal ini dinilai krusial untuk menghadapi perkembangan teknologi penyiaran yang pesat.

“Kami akan terus memantau dan mendukung langkah KPID dalam menjaga marwah penyiaran sebagai media informasi dan edukasi yang bertanggung jawab,” tambah Rahmat.

Kunjungan kerja ini diharapkan mampu memperkuat komitmen bersama antara DPRD Jawa Barat dan KPID untuk menghadirkan penyiaran yang berkontribusi pada pembangunan masyarakat Jawa Barat yang lebih maju dan berdaya saing./hilal

Bandung – Pimpinan dan Anggota Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat menggelar kunjungan kerja ke Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat. Kunjungan ini bertujuan untuk menjalankan fungsi pengawasan terkait pemanfaatan aset daerah yang dimiliki oleh pemerintah provinsi. Selasa 7 Januari 2025

Rapat berlangsung di Ruang Rapat Kantor Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat pada Selasa (07/01/2025). Dalam pertemuan ini, para anggota dewan mendiskusikan berbagai aspek pengelolaan aset, termasuk optimalisasi penggunaannya untuk mendukung program kerja pemerintah daerah.

Baca juga : Hari Pertama MBG di Karawang, Ada Siswa yang Tidak Suka Tahu

Ketua Komisi I DPRD Jabar menyampaikan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pemanfaatan aset. “Sebagai perwakilan masyarakat, kami memiliki tanggung jawab untuk memastikan aset yang dikelola memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat, terutama dalam sektor pangan dan hortikultura,” ujarnya.

Sementara itu, perwakilan dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura memaparkan kondisi terkini aset yang dikelola, termasuk program-program yang sedang dijalankan untuk mendukung ketahanan pangan di Jawa Barat.

Kunjungan ini juga menjadi momentum untuk mengevaluasi kendala yang dihadapi dalam pengelolaan aset, seperti kebutuhan peningkatan infrastruktur, keterbatasan anggaran, dan pengembangan sumber daya manusia.

Pengawasan pemanfaatan aset daerah merupakan bagian dari upaya Komisi I DPRD Jabar untuk memastikan bahwa kebijakan pengelolaan aset sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kegiatan ini diharapkan menghasilkan rekomendasi strategis untuk optimalisasi aset daerah demi mendukung pembangunan berkelanjutan di Provinsi Jawa Barat./hilal

Jakarta – Industri penerbangan di Indonesia menghadapi tantangan berat pada 2025. Wakil Ketua Komisi V DPR, Syaiful Huda, menilai diperlukan keberpihakan pemerintah untuk menciptakan ekosistem yang terjangkau dan berkualitas. “Saat ini, kita belum sampai pada titik di mana transportasi udara menjadi pilihan utama masyarakat untuk memperlancar konektivitas di negara kepulauan seperti Indonesia,” ujar Huda, Kamis, 2 Januari 2025.

Baca juga : 181 Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Karawang Sepanjang 2024

Kajian Indonesia National Air Carrier Association (INACA) menunjukkan bahwa tingginya kurs dolar Amerika, harga avtur, dan biaya suku cadang pesawat menjadi kendala utama. Selain itu, aturan tarif atas dan bawah tiket pesawat yang belum direvisi serta bea masuk impor suku cadang yang tinggi memperburuk situasi. Kondisi ini menyebabkan backlog pesawat dan suku cadang, ditambah dengan turunnya daya beli masyarakat.

Huda menyatakan, industri penerbangan belum menjadi sektor yang menarik bagi investor. “Akibatnya, jasa penerbangan masih belum menjadi pilihan utama transportasi antar kota dan pulau di Indonesia,” katanya.

Padahal, industri penerbangan memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Data menunjukkan bahwa pada 2023, sektor ini menyumbang USD 62,6 miliar atau setara Rp 1.001,6 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, atau sekitar 4,6%. Industri ini juga menyerap setidaknya enam juta tenaga kerja.

Huda menegaskan, pemerintah perlu mengambil langkah konkret untuk mendukung sektor ini. Salah satunya dengan memberikan insentif berupa kelonggaran bea dan pajak, khususnya untuk maskapai penerbangan perintis yang melayani daerah terpencil. Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan koordinasi dengan maskapai penerbangan untuk memastikan standar keselamatan terpenuhi demi mengurangi risiko kecelakaan udara.

Dengan keberpihakan yang tepat, industri penerbangan dapat menjadi tulang punggung konektivitas nasional sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi. Langkah ini juga dapat memastikan masyarakat Indonesia mendapatkan akses transportasi udara yang terjangkau dan berkualitas.(*)

Karawang – Pemerintah Kabupaten Karawang menggelar acara spektakuler untuk menyambut Tahun Baru 2025 bertajuk “Pagelaran Ngawitan Taun Baru 2025”, yang akan berlangsung di Lapangan Karangpawitan pada malam ini, Selasa (31/12). Acara ini akan menjadi momen perayaan penuh kegembiraan bagi warga Karawang.

Acara dimulai dengan doa bersama sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diterima sepanjang tahun 2024. Doa bersama ini menjadi bagian penting dari rangkaian kegiatan dalam menyambut pergantian tahun. Pemerintah berharap momentum ini dapat membawa berkah dan kebaikan di tahun yang baru.

Selain itu, malam pergantian tahun akan dimeriahkan dengan penampilan band lokal dan kehadiran bintang tamu spesial, Biang Koplo, yang siap menghibur para pengunjung dengan musik yang energik dan menghangatkan suasana. Pesta kembang api yang spektakuler juga akan menjadi puncak acara, menandai pergantian tahun dengan penuh semarak.

Bagi warga yang ingin menikmati kuliner khas Karawang, tersedia “Karawang Kuliner Malam” yang berlokasi di depan Vihara Dharma Persada (Eng Siu Tong). Beragam tenant UMKM lokal akan menyajikan makanan dan minuman pilihan, menjadikan acara ini tidak hanya meriah, tetapi juga mendukung perekonomian lokal.

Sebagai langkah antisipasi, Pemerintah Kabupaten Karawang juga telah menyiapkan rekayasa lalu lintas untuk memastikan kelancaran arus kendaraan selama acara berlangsung. Pengunjung diimbau untuk memperhatikan rute alternatif yang telah ditetapkan.

Dengan acara ini, Pemerintah Kabupaten Karawang berharap dapat memberikan pengalaman tak terlupakan kepada masyarakat dan memperkuat rasa kebersamaan di antara warga. Jangan lewatkan momen spesial ini, hadir bersama keluarga, sahabat, atau orang tercinta untuk menyambut Tahun Baru 2025 dengan penuh kebahagiaan.(*)

Karawang – Faizal Muhammad resmi terpilih sebagai Ketua DPD KNPI Kabupaten Karawang untuk masa bakti 2025-2028 dalam Musyawarah Daerah (Musda) ke-XV yang berlangsung di Aula Husni Hamid, Pemda Karawang, pada Senin, 30 Desember 2024.

Acara yang mengusung tema “Kolaborasi Pemuda Karawang Menuju Indonesia Emas” ini menjadi ajang penting bagi para pemuda, pemerintah daerah, dan berbagai organisasi masyarakat untuk berkumpul serta merumuskan langkah strategis ke depan. Meskipun sempat diwarnai ketegangan, jalannya Musda akhirnya mencapai titik temu dengan penetapan Faizal Muhammad sebagai ketua.

Ketua Pelaksana Musda, Heru Slana Muslim, menjelaskan bahwa agenda Musda ke-XV meliputi tiga hal penting. “Pertama, laporan pertanggungjawaban program kerja KNPI selama periode sebelumnya. Kedua, pemilihan Ketua DPD KNPI Kabupaten Karawang untuk periode 2025-2028. Ketiga, perumusan ide dan gagasan untuk kemajuan pemuda serta Kabupaten Karawang,” jelas Heru.

Ia juga menambahkan bahwa hanya ada satu kandidat yang lolos verifikasi berkas pencalonan. Hal ini membuat proses pemilihan berlangsung lebih lancar setelah dinamika yang sempat terjadi sebelumnya. “KNPI diharapkan terus menjadi mitra strategis Pemerintah Kabupaten Karawang dalam mendorong pembangunan daerah,” tambah Heru.

Faizal Muhammad dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan selama proses pencalonan hingga terpilih.

Tanpa dukungan dari semua pihak, saya bukan siapa-siapa. Terima kasih banyak atas kepercayaan yang telah diberikan kepada saya,” ujar Faizal dengan penuh semangat”

Ia juga menegaskan komitmennya untuk membawa organisasi kepemudaan ini lebih maju dan berkontribusi secara nyata bagi pembangunan daerah. Faizal berharap kolaborasi dengan berbagai pihak dapat terus terjalin demi mencapai visi bersama, yaitu Karawang yang lebih progresif dan siap menyongsong era Indonesia Emas 2045.

Musda ke-XV DPD KNPI Karawang ini menjadi momentum penting dalam memperkuat sinergi pemuda untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa depan. Dengan terpilihnya Faizal Muhammad sebagai ketua baru, diharapkan KNPI dapat terus menjadi wadah inspirasi, inovasi, dan kolaborasi bagi generasi muda Karawang.

Sebagai salah satu organisasi kepemudaan terbesar di Karawang, DPD KNPI memiliki peran strategis dalam mencetak pemimpin masa depan sekaligus mendukung program-program pembangunan daerah. Kolaborasi lintas sektor yang dicanangkan melalui tema Musda diharapkan dapat menjadi katalisator bagi terwujudnya visi besar Indonesia Emas pada 2045.(*)

Karawang – Menjelang malam pergantian tahun, anggota Komisi 1 DPRD Kabupaten Karawang, Umar Al Faruq, mengingatkan generasi muda untuk merayakan tahun baru 2025 dengan bijak. Ia juga meminta Pemkab Karawang untuk mengambil langkah strategis guna mengantisipasi potensi gangguan ketertiban umum akibat euforia perayaan tahun baru. Senin (30/12/2024).

Umar Al Faruq menyebut malam tahun baru seharusnya menjadi momen refleksi bagi masyarakat, khususnya anak muda. Ia mendorong generasi muda untuk mengisi malam pergantian tahun 2025 dengan kegiatan positif.

Generasi muda adalah penggerak perubahan. Saya mengajak mereka untuk merayakan tahun baru dengan kegiatan yang bermakna, seperti doa bersama, menghadiri acara budaya, atau terlibat dalam kegiatan sosial,” ungkap Umar.

Ia menekankan pentingnya menghindari aktivitas yang merugikan, seperti konvoi liar, penggunaan petasan berlebihan, atau kegiatan lain yang berisiko terhadap keselamatan publik.

Baca juga : Kaleidoskop 2024: Kemenangan Politik NasDem Karawang

Langkah Antisipasi Pemkab Karawang
Umar juga meminta pemerintah daerah untuk berperan aktif dalam menjaga kondusivitas perayaan tahun baru. Ia mengusulkan beberapa langkah, seperti:

Penguatan Keamanan: Melibatkan Satpol PP dan kepolisian di pusat-pusat keramaian.
Penyediaan Kegiatan Alternatif: Mengadakan konser, festival seni, atau bazar malam yang ramah keluarga.
Edukasi Publik: Mengedukasi masyarakat melalui sosialisasi tentang cara merayakan tahun baru yang aman dan bertanggung jawab.

“Kami berharap pemerintah melibatkan komunitas pemuda untuk menciptakan kegiatan kreatif yang memberikan ruang positif bagi mereka,” tambahnya.

Harapan untuk Tahun Baru 2025
Umar berharap perayaan tahun baru menjadi momentum refleksi bagi masyarakat Karawang. Ia menegaskan pentingnya merancang resolusi yang bermanfaat demi masa depan yang lebih baik.

Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan generasi muda, Umar optimistis perayaan tahun baru akan berjalan aman, tertib, dan bermakna.(qie)

KARAWANG – DPD Partai NasDem Kabupaten Karawang menutup tahun 2024 dengan menggelar refleksi akhir tahun sekaligus tasyakur kemenangan di Hotel Resinda, Minggu (29/12/2024).

Acara tersebut dihadiri oleh kader-kader Partai NasDem se-Kabupaten Karawang, termasuk Wakil Ketua DPR RI Saan Mustofa, Ketua DPD Partai NasDem yang juga Wakil Ketua DPRD Karawang Dian Fahrud Jaman, serta Bupati dan Wakil Bupati Karawang terpilih, Aep Syaepuloh dan Maslani.

Refleksi Kemenangan di Tahun Politik

Ketua DPD Partai NasDem Karawang, Dian Fahrud Jaman, menegaskan bahwa tahun 2024 merupakan tahun politik yang penuh dinamika. Namun, Partai NasDem berhasil menutup tahun dengan kemenangan signifikan.

“Alhamdulillah, kita menutup akhir tahun ini dengan kemenangan besar,” ujar Dian.

Ia memaparkan bahwa pada Pemilu Legislatif 2024, Partai NasDem meraih 7 kursi DPRD Kabupaten Karawang dengan total 183 ribu suara, menjadikannya partai dengan perolehan suara terbesar kedua di daerah tersebut.

Tidak hanya itu, kemenangan berlanjut di Pilkada Karawang 2024 dengan terpilihnya Aep Syaepuloh dan Maslani sebagai Bupati dan Wakil Bupati periode 2025-2030.

“Dinamika politik tahun ini sangat luar biasa. Kebesaran Partai NasDem diraih berkat perjuangan seluruh kader. Saya berterima kasih atas dedikasi mereka yang luar biasa,” tambah Dian.

Komitmen untuk Karawang Lebih Baik

Bupati Karawang terpilih, Aep Syaepuloh, menyampaikan rasa syukur atas kepercayaan dan dukungan dari Partai NasDem. Ia berkomitmen untuk menjalankan amanah yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya.

“Tanpa dukungan kakak-kakak kader, ini tidak akan terwujud. Kami berharap refleksi ini menjadi motivasi untuk terus bekerja demi masyarakat Karawang,” ucap Aep.

Resolusi Partai NasDem di 2025 dan Ke Depan

Menatap tahun 2025, Partai NasDem telah menyiapkan resolusi besar untuk mempertahankan momentum kemenangan hingga 2029 dan seterusnya. Dian Fahrud Jaman menegaskan bahwa NasDem memiliki visi untuk terus menjadi partai pemenang di Kabupaten Karawang dalam jangka panjang.

Acara ini menjadi simbol keberhasilan Partai NasDem di tahun politik 2024 dan wujud komitmen untuk membawa Karawang ke arah yang lebih baik melalui kolaborasi antara eksekutif dan legislatif.(*)

Karawang – Wakil Ketua DPR RI, Saan Mustopa, menyalurkan bantuan sembako kepada warga Dusun Sarakan, Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya, Karawang, Jawa Barat, yang terdampak banjir rob. Kunjungan ini dilakukan untuk memberikan dukungan sekaligus menawarkan solusi jangka panjang bagi 180 kepala keluarga (KK) yang tinggal di lahan milik Pertamina.

Saan menyampaikan pentingnya relokasi warga ke lokasi khusus yang dapat dikembangkan menjadi kampung nelayan. Lokasi tersebut dirancang tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga dilengkapi dengan fasilitas pendidikan dan layanan kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Meski saat ini Pertamina masih mengizinkan warga menempati lahannya, pemerintah harus segera mencarikan solusi agar mereka tidak menghadapi risiko penggusuran mendadak,” ujar Saan, Selasa (24/12/2024).

Menurut Saan, langkah relokasi ini juga bertujuan mengantisipasi jika Pertamina kembali menggunakan lahan tersebut di masa depan. Ia juga memiliki visi menjadikan kampung nelayan ini sebagai kawasan wisata mangrove dengan pengolahan ikan bandeng sebagai produk unggulan.

Dampak Banjir Rob di Karawang

Kepala Desa Tambaksari, Katam, mengungkapkan bahwa banjir rob yang terjadi pada 13-20 Desember 2024 mengakibatkan kerugian besar. Dari total 2.000 hektar tambak ikan, sekitar 300 hektar terdampak, dengan kerugian mencapai miliaran rupiah.

Sejak tahun 2007, warga Dusun Sarakan telah direlokasi ke lahan Pertamina akibat abrasi pantai yang menghancurkan kampung mereka. Namun, kekhawatiran akan penggusuran mendadak terus menjadi ancaman karena lahan tersebut bukan milik warga.

Kolaborasi untuk Solusi Berkelanjutan

Dalam agenda bakti sosial ini, Saan didampingi perwakilan BUMN seperti Angkasapura dan Pertamina, serta pejabat Pemerintah Kabupaten Karawang, termasuk Asisten Daerah dan Dinas Sosial.

Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan swasta untuk mengatasi banjir rob yang menjadi musibah tahunan di wilayah pesisir Karawang.

“Kita memerlukan solusi menyeluruh, tidak hanya bantuan sementara. Perencanaan berkelanjutan harus dilakukan untuk memberikan kepastian bagi warga sekaligus meningkatkan potensi ekonomi kawasan pesisir,” pungkasnya.

Langkah ini diharapkan tidak hanya mengatasi dampak banjir rob, tetapi juga mengembangkan kawasan pesisir Karawang sebagai pusat ekonomi berbasis lingkungan.(*)

Karawang – Monumen Rawagede menjadi salah satu destinasi wisata sejarah paling mendalam di Indonesia. Berlokasi di Dusun Rawagede, Desa Rawagede, Kecamatan Rawamerta, monumen ini mengenang tragedi pembantaian 9 Desember 1947, ketika 431 warga sipil laki-laki menjadi korban kekejaman tentara Belanda.

Sejarah Kelam Pembantaian Rawagede

Tragedi bermula saat tentara Belanda mencari keberadaan Kapten Lukas, seorang pejuang kemerdekaan yang diyakini bersembunyi di Rawagede. Ketika seluruh warga memilih bungkam demi melindungi pejuang tersebut, tentara Belanda melakukan eksekusi massal. Jasad para korban, termasuk remaja berusia 15 tahun, dibuang ke sungai hingga airnya berubah merah darah.

Sukarman, mantan lurah yang kini berusia 75 tahun, menceritakan bahwa awalnya lokasi ini difungsikan sebagai tempat pemakaman massal bagi korban. “Kami ingin generasi penerus bangsa tahu bahwa peristiwa ini ada dan menghormati para korban,” ujar Sukarman.

Kompleks Monumen yang Edukatif

Monumen Rawagede diresmikan pada 9 Desember 1996. Kompleks ini menawarkan berbagai elemen edukasi sejarah, seperti:

  • Makam Korban: Sebanyak 181 makam dipindahkan dari lokasi awal kearea monumen atas persetujuan keluarga korban.
  • Patung dan Diorama: Gambaran visual tragedi pembantaian yang tragis.
  • Foto Dokumentasi: Mengabadikan kunjungan pejabat negara dan kisah perjuangan Kapten Lukas.

Monumen ini sering dikunjungi pelajar, mahasiswa, hingga peneliti, menjadikannya sarana pembelajaran sejarah yang penting.

Informasi Operasional dan Akses

Monumen Rawagede buka setiap hari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Harga tiket masuk sangat terjangkau, hanya Rp 2.500 per orang, belum termasuk biaya parkir. Meski murah, pengalaman yang ditawarkan sangat berharga bagi siapa saja yang ingin menyelami sejarah perjuangan bangsa.

Destinasi Wisata Sejarah yang Menggugah

Fajar, seorang pengunjung dari Karawang Barat, mengaku terkesan dengan atmosfer monumen. “Kesan saya agak mistis karena banyak makam di sini, tapi suasananya adem karena banyak pepohonan,” katanya.

Dengan dukungan Yayasan Rawagede dan Pemerintah Kabupaten Karawang, monumen ini terus dirawat sebagai warisan sejarah. Kunjungan ke Monumen Rawagede bukan hanya ziarah, tetapi juga bentuk penghormatan kepada mereka yang gugur demi kemerdekaan Indonesia.(*)

Karawang – Bila kita melihat kembali jauh ke belakang, ke masa Kerajaan Tarumanegara hingga lahirnya Kabupaten Kara- wang, di Jawa Barat tidak henti-hentinya berlangsung suatu Pemerintahan yang teratur, namun dalam sistem pemerinta- han, pusat pemerintahan (Ibu Kota) dan pemegang kekuasaan mengalami perubahan dan pergantian serta perkembangan, seperti Kerajaan Tarumanegara (357-618 Masehi), dan Kerajaan Sunda (awal abad ke-8 – akhir abad ke-16 Masehi), termasuk Kerajaan Galuh, yang mem- isahkan diri dan Kerajaan Tarumanegara ataupun Kerajaan Sunda pada tahun 671 Masehi, Kerajaan Sumedanglarang (1580-1608 Masehi), Kesultanan Cirebon (1482 Masehi) dan juga pada masa Kesultanan Banten (abad 15 -19 Masehi).

Sekitar abad ke-15 Masehi, agama Islam telah masuk ke Karawang yang dibawa oleh Ulama Besar Syeikh Ha- sanudin bin Yusuf Idofi dari Champa yang terkenal dengan sebutan Syeikh Quro, sebab disamping ilmunya yang sangat tinggi, Syeikh Quro merupakan seorang hafidz Al-Qur’an yang bersuara merdu.

Kemudian ajaran agama Islam yang beliau syiarkan, dilanjutkan penyebarannya oleh Wali yang dikenal dengan Wali Sanga.

Pada masa itu daerah Karawang sebagian besar masih merupakan hutan belantara serta daerah yang dikeliingi oleh rawa rawa. Hal ini yang menjadikan dasar pemberian nama Karawang, yang berasal dan Bahasa Sunda yaitu Ka-rawa- an yang memiliki arti tempat atau daerah yang berawa-rawa. Bukti lain yang dapat memperkuat pendapat tersebut ada- lah, selain daerah rawa-rawa yang masih ada hingga saat ini, banyak juga tempat di daerah Karawang ini yang pena- maannya diawali dengan kata “rawa”. Seperti Rawasari, Rawagede, Rawamerta, Rawagempol, Rawagabus, Rawasikut, dan lain-lain.

Keberadaan daerah Karawang, telah dikenal sejak masa Kerajaan Padjajaran (yang berpusat di Bogor), karena pada masa itu, Karawang merupakan satu-satunya jalur lalu lintas yang sangat penting sebagai jalur transportasi hub- ungan antara dua Kerajaan besar, yakni Kerajaan Padjadja- ran dengan Kerajaan Galuh Pakuan yang berpusat di Ciamis.

Sumber lain (buku-buku yang dicatat dalam sejarah bangsa Portugis) tahun 1512 dan 1552 menerangkan bahwa “pelabuhan – pelabuhan penting” dari Kerajaan Padjajaran adalah “CARAVAN”. Yang dimaksud sebagai “CARA- VAN” dalam sumber tadi adalah tentang letak daerah Kara- wang yang berada di sekitar Sungai Citarum.

Sejak dahulu kala, bila akan melewati daerah rawan, demi keamanan di jalan, orang-orang selalu bepergian secara berkafilah atau rombongan dengan menggunakan he- wan seperti kuda, sapi, kerbau atau keledai. Demikian juga halnya yang mungkin terjadi pada zaman dahulu Kesatuan- kesatuan kafilah yang dalam bahasa Portugisnya disebut “CARAVAN”. Membuat pelabuhan-pelabuhan yang be- rada disekitar muara Sungai Citarum yang menjorok hingga ke daerah¬daerah pedalamannya sehingga dikenal dengan sebutan “CARAVAN”. Yang kemudian berubah menjadi Karawang.

Dari Kerajaan Pakuan Padjajaran, ada sebuah jalan yang dapat menjadi acuan menuju daerah-daerah seperti : Cileungsi atau Cibarusah. Warunggede, Tanjungpura, Kara- wang, Cikao, Purwakarta, Rajagaluh, Talaga, Kawali dan berpusat di Kerajaan Galuh Pakuan, di sekitar Ciamis dan Bojonggaluh.

Luas wilayah Kabupaten Karawang saat itu tidak sama dengan luas wilayah Kabupaten Karawang pada masa sekarang. Pada saat itu, luas Kabupaten Karawang meliputi Bekasi, Subang, Purwakarta, dan Karawang sendiri.

Setelah Kerajaan Padjajaran runtuh pada tahun 1579 Masehi, satu tahun setelah itu tepatnya tahun 1580 Masehi, berdirilah Kerajaan Sumedanglarang sebagai penerus Pemerintahan Kerajaan Padjajaran dengan Rajanya yang bernama Prabu Geusan Ulun, putera dari pernikahan Ratu Pucuk Umun (disebut juga Pangeran Istri) dengan Pangeran Santri keturunan Sunan Gunungjati dari Cirebon.

Kerajaan Islam Sumedanglarang, menempatkan pusat pemerintahanya (Kotaraja) di Dayeuhluhur, dengan mem- bawahi Sumedang, Galuh, Limbangan, Sukakerta dan Kara- wang. Setelah Prabu Geusan Ulun wafat pada tahun 1608 Masehi, pemerintahan digantikan oleh puteranya yang ber- nama Ranggagempol Kusumandinata, beliau adalah putra Sang Prabu Geusan Ulun dan istrinya Harisbaya, keturunan Madura. Pada masa itu, di Jawa Tengah telah berdiri Kera- jaan Mataram dengan rajanya yang bernama Sultan Agung (1613-1645 Masehi). Adapun salah satu cita-cita Sultan Agung adalah menguasai seluruh pulau Jawa serta mengusir Kompeni (Belanda) dari Batavia.

Sebagai raja Sumedanglarang, Ranggagempol Kusu- mandinata masih mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Sultan Agung sendiri, dan beliau juga mengakui kedaulatan Kerajaan Mataram. Maka pada tahun 1620 Masehi, Ranggagempol menghadap ke Mataram dan me- nyerahkan Kerajaan Sumedanglarang dibawah naungan Ke- rajaan Mataram. Sejak itu, Kerajaan Sumedanglarang dikenal dengan sebutan “PRAYANGAN”.

Kemudian Rangagempol Kusumandinata diangkat oleh Sultan Agung sebagai Bupati Wedana untuk tanah Sunda, dengan batas-batas wilayah yaitu di sebelah timur Kali Cipamali, sebelah barat Kali Cisadane, di sebelah utara Laut Jawa dan di sebelah selatan Laut Kidul.

Karena Kerajaan Sumedanglarang berada di bawah naungan Kerajaan Mataram, maka dengan sendirinya Kara- wang pun berada di bawah kekuasan Mataram.

Pada tahun 1624, Ranggagempol Kusumandinata wafat, beliau dimakamkan di Bembem, Yogyakarta. Se- bagai penggantinya, Sultan Agung mengangkat Rangga Gede, putera Prabu Geusan Ulun dan istrinya Nyi Mas Gedeng Waru dari Sumedang. Rangga Gempol II, putera Ranggagempol Kusumandinata yang semestinya menerima Tahta Kerajaan, merasa disisihkan dan sakit hati. Kemudian beliau berangkat ke Banten untuk meminta bantuan kepada Sultan Banten agar dapat menaklukkan Kerajaan Sumedanglarang. Dengan imbalan apabila berhasil, maka seluruh wilayah kekuasaan Sumedanglarang akan dis- erahkan kepada Sultan Banten. Sejak itulah banyak tentara Banten dikirim ke Karawang, terutama di sepanjang Sungai Citarum, di bawah pimpinan Pager Agung dengan bermar- kas di Udug-Udug.

Pengiriman bala tentara Banten ke Karawang dil- akukan oleh Sultan Banten bukan saja untuk memenuhi per- mintaan Rangga Gempol II, tetapi merupakan awal usaha Banten untuk joecuppas menguasai Karawang sebagai persiapan untuk merebut kembali pelabuhan Banten yang telah dikuasai oleh Kompeni (Belanda) yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa.

Masuknya tentara Banten ke Karawang beritanya te- lah sampai ke Mataram. Pada tahun 1624, Sultan Agung mengutus Surengrono (Aria Wirasaba) dan Mojo Agung Jawa Timur, untuk berangkat ke Karawang dengan mem- bawa 1000 prajurit dengan keluarganya, dari Mataram me- lalui Banyumas dengan tujuan untuk membebaskan Kara- wang dari pengaruh Banten, mempersiapkan logistik (dengan membangun gudang-gudang beras) dan meneliti rute penyerangan Mataram ke Batavia.

Di Banyumas, Aria Surengrono meninggalkan 300 prajurit dengan keluarganya untuk mempersiapkan logistic dan penghubung ke Ibukota Mataram. Dari Banyumas per- jal-anan Aria Surengrono dilanjutkan dengan melalui jalur utara melalui Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu dan Ciasem. Di Ciasem ditinggalkan lagi 400 prajurit dengan keluarganya kemudian perjalanan dilanjutkan lagi ke Kara- wang. Setibanya di Karawang, dengan sisa 300 prajurit dan keluarganya, Aria Surengrono, menduga bahwa tentara Banten yang bermarkas di Udug-udug, mempunyai per- tahanan yang sangat kuat, karena itu perlu diimbangi dengan kekuatan yang memadai pula.

Langkah awal yang dilakukan Aria Surengrono mendirikan 3 (tiga) desa yaitu Desa Waringinpitu (Te- lukjambe), Desa Parakan Sapi (di Kecamatan Pangkalan yang sekarang telah terendam Waduk Jatiluhur) dan Desa Adiarsa (sekarang termasuk di Kecamatan Karawang), dengan pusat kekuatan di Desa Waringinpitu.

Karena jauh dan sulitnya hubungan antara Karawang dengan Mataram, Aria Surengrono atau Aria Wirasaba be- lum sempat melaporkan tugas yang sedang dilaksanakannya kepada Sultan Agung di Mataram. Keadaan ini menjadikan Sultan Agung mempunyai anggapan bahwa tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba gagal dilaksanakan.

Demi menjaga keselamatan wilayah kerajaan Mata- ram di daerah barat, pada tahun 1628 dan 1629, bala tentara Kerajaan Mataram, diperintahkan Sultan Agung untuk melakukan penyerangan terhadap VOC (Belanda) di Bata- via. Namun serangan ini gagal disebabkan keadaan medan sangat berat, berjangkitnya triniteers malaria dan kekurangan perse- diaan makanan.

Dari kegagalan tersebut, Sultan Agung menetapkan daerah Karawang sebagai pusat logistik yang harus mempunyai pemerintahan sendiri dan langsung be- rada di bawah pengawasan Mataram dan harus dipimpin oleh seorang pimpinan yang cakap dan ahli perang, mampu menggerakkan masyarakat untuk membangun persawahan guna mendukung pengadaan logistik dalam rangka penyerangan kembali terhadap VOC (Belanda) di Batavia.

Pada tahun 1632 M, Sultan Agung mengutus Wiraper- bangsa dari Galuh dengan membawa 1000 prajurit dan keluarganya menuju Karawang. Tujuan pasukan yang dipimpin oleh Wiraperbangsa adalah untuk membebaskan Karawang dari pengaruh Banten, mempersiapkan logistik sebagai bahan persiapan melakukan penyerangan kembali terhadap VOC (Belanda) di Batavia. Sebagaimana halnya tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba yang telah di- anggap gagal.

Tugas yang diberikan kepada Wiraperbangsa dapat dilaksanakan dengan baik, dan hasilnya dilaporkan kepada Sultan Agung. Atas kcberhasilannya, Wiraperbangsa oleh Sultan Agung dianugerahi Jabatan Wedana (setingkat Bu- pati) di Karawang dan di beri gelar Adipati Kertabumi III serta diberi hadiah sebilah keris yang bernama ” karosinjang “. Setelah penganugerahan gelar tersebut yang dilakukan di Mataram, Wiraperbangsa bermaksud akan segera kembali ke Karawang, namun sebelumnya beliau singgah dulu ke Galuh untuk menjenguk keluarganya atas takdir ilahi beliau wafat di Galuh.

Baca juga : Candi Jiwa: Situs Sejarah Tertua di Karawang

Setelah Wiraperbangsa wafat, Jabatan Bupati di Kara- wang dilanjutkan oleh putranya yang bernama Raden Sin- gaperbangsa. Dengan gelar Adipati Kertabumi IV yang me- merintah pada tahun 1633- 1677. Tugas pokok yang diem- ban Raden Adipati Singaperbangsa mengusir VOC (Bel- anda) dengan mendapat tambahan prajurit sebanyak 2000 dengan keluarganya, serta membangun persawahan untuk mendukung logistik perang.

Hal itu tersirat dalam PIAGAM PLAT KUNING KANDANG SAPI GEDE yang berbunyi lengkap adalah se- bagai berikut:

PANGET INGKANG PIAGEM KANJENG ING KI RANGGA GEDE ING SUMEDANG KAGADEHAKEN ING SI ASTRAWARDANA. MULANE SUN GADEHI PIAGEM, SUN KONGKON ANGGRAKSA KA- GENGAN DALEM SITI NAGARA AGUNG, KILEN WATES CIPAMINGKIS, WETAN WATES CILAMAYA, SERTA KON ANUNGGANI LUMBUNG ISINE PUN PARI LIMANG TAKES PUNJUL TIGA WELAS CILA- MAYA, SERTA KON ANUNGGONI LUMBUNG ISINE PUN PARI LIMANG TAKES PUJUL TIGA WELAS JAIT. WODENING PARI SINAMBUT DENING KI SIN- GAPERBANGSA, BASAKALATAN ANGGARA WA- HANI PIAGEM, LAGI LAMPAHIPUN KIAYI YUDHA- BANGSA KAPING KALIH KI WANGSA TARUNA, INGKANG POTUSAN KANJENG DALEM AMBAKTA TATA TITI YANG KALIH EWU; WADANA NIPUN KYAI SINGAPERBANGSA, KALIH KI WIRASABA KANG DIPURWADANAHAKEN ING MANIRA. SASANGPUN KATAMPI DIPUN PRENAHAREN ING WARINGINPITU LAN ING TANJUNGPURA. ANG- GRAKSA SITI GUNG BANGSA KILEN. KALA NULIS PIAGEM ING DINA REBO TANGGAL PING SAPULUH SASI MULUD TAHUN ALIF. KANG ANULIS PIAGEM MANIRA ANGGAPRANA TITI”.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia :

“Peringatan piagam raja kepada Ki Rangga Gede di Sumedang di serahkan kepada Si Astrawardana, sebabnya maka saya serahi piagam ialah karena saya berikan tugas menjaga tanah negara agung milik raja. Di sebelah barat berbatas Cipamingkis, disebelah timur berbatas Cilamaya, serta saya tugaskan menunggu lumbung berisi padi lima takes lebih tiga belas jahit. Adapun padi tersebut diterima oleh Ki Singaperbangsa, basakalatan yang srqinsidethebrand menyaksikan piagam dan lagi kyai Yudhabangsa bersama Ki Wangsa Ta- runa yang diutus oleh raja untuk pergi dengan membawa 2000 keluarga. Pimpinannya adalah Kyai Singaperbangsa dan Ki Wirasaba. Sesudah piagam diterima kemudian mereka di tempatkan di Waringinpitu dan di Tanjungpura. Tugasnya adalah menjaga tanah Negara Agung di sebelah barat.

Baca juga : Monumen Rawagede: Warisan Tragedi Sejarah

Piagam ini ditulis pada hari Rabu tanggal 10 bulan Mulud tahun alif. Yang menulis piagam ini ialah saya, Ang- gaprana Selesai”.

Tanggal yang tercantum dalam Piagam Plat Kuningan Kandang Sapi Gede, ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabu- paten Karawang. Berdasarkan hasil penelitian panitia se- jarah yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang nomor 170/PEM/H/SK/1968 tanggal 1 Juni 1968 yang telah men-gadakan penelitian dan pengkajian terhadap tulisan:

Dr. Brandes dalam “Tyds Taal Land En Volkenkude” XXVIII halaman 352, 355 yang menetapkan tahun 1633 sebagai tahun jadinya Karawang,
Dr. R. Asikin Wijayakusumah dalam “Tyds TaaI Land En Volkenkude” XXVIII 1937 AFL.2 halaman 188- 200 (Tyds Batavisch Genot Schap DL.77,1037) hala- man 178-205 yang menetapkan tahun 1633 sebagai ta- hunjadinya Karawang,
Batu nisan makam panembahan Kyai Singaperbangsa di Manggung Ciparage Desa Manggungjaya Kecama- tan Cilamaya yang bertulis angka 1633-1677 dalam huruf Latin redesactivassas.
Babad Karawang yang ditulis oleh Mas Sutakarya menulis tahun 1633.
Hasil penelitian dan pengkajian panitia tersebut menetapkan bahwa Hari Jadi Karawang pada tanggal 10 Rabiul Awal tahun 1043 Hijriah, atau bertepatan dengan tanggal 14 September 1633 M atau hari Rabu tanggl 10 Mulud 1555 tahun Jawa / Saka.(*)